Senin, 25 November 2013

BAGAIMANA TIDUR MENURUT ROSULULLAH SAW AGAR SEHAT DAN BAROKAH ?

INI DIA RAHASIA SUNNAH NABI, POSISI TIDUR KEKANAN Karena sehat adalah nikmat yang sangat urgen dalam kita menempuh kehidupan maka islam mengarahkan dan membimbing umatnya agar hidup yang sesaat ini tetap sehat wal'afiat maka dalam segala cara kita diajarkan oleh Rosulullah SAW, jadi kalau masih ada yang ragu atau cuman iseng-iseng beragama islam segeralah bertobat, baca kembali Qs 2; 85, Qs 5; 3 dan ayat INNADDIINA 'INDALLAHHIL ISLAM, dimana sampai urusan tidur masih diurusin oleh Allah Rosulnya.   Dalam tidur kita disunnahkan Rosul untuk berbaring kekanan, Hadits dari Barra bin ‘Azib ra : Rasulullah SAW bersabda yang artinya “Jika kalian hendak tidur di pembaringan, berwudhulah seperti wudhu untuk shalat. Kemudian berbaringlah kamu dengan berbaring di lambung kananmu.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini mengajarkan kepada umat Islam agar berbaring dilambung kanan. Ternyata dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan rahasia kebenaran Al qur'an dan hadist rosulullah telah banyak ditbuktikan benarnya secara realistis, padahal Rosulullah telah mengajari ummatnya melalui para sahabatnya  hampir 15000 tahun yang silam.  Kini melalui penelitian yang panjang para ilmuwan berhasil mengungkapkan rahasia di balik anjuran tersebut antara lain sbb. Pada saat kita tidur dalam posisi ini jantung hanya akan terbebani oleh paru-paru kiri yang berukuran kecil. Selain itu tidur dengan cara ini akan menenpatkan hati pada posisi yang stabil. Selain itu posisi ini juga sangat baik bagi pencernaan, penelitian menunjukkan saat kita tidur dengan menyamping ke kanan, makanan akan mampu dicerna oleh usus dalam 2,5 sampai 4,5 jam. Sedangkan dalam posisi tidur yang lain makanan baru akan selesai dicerna setelah 5 sampai 8 jam ( Tidur Dengan Menyamping Ke Kiri ) tidur miring ke kiri ternyata kurang baik untuk kesehatan, terutama organ jantung. Hal ini dikarenakan saat kita tidur pada posisi ini, maka paru-paru sebelah kanan, yang berukuran besar, akan menekan kearah paru-paru. Hal ini akan berpengaruh kepada kinerja jantung, terutama kepada orang yang berusia lanjut. Sementara jika kita tidur Dengan Tengkurap Dr. Zafir al-Attar berkata “Seseorang yang tidur dengan cara tengkurap di atas perutnya setelah suatu periode tertentu akan mengalami kesulitan bernafas karena seluruh berat badannya akan menekan ke arah dada yang menghalangi dada untuk merenggang dan berkonstraksi saat bernafas. Hal ini juga dapat menyebabkan terjadinya kekurangan asupan oksigen yang dapat mempengaruhi kinerja jantung dan otak.” Peneliti dari Australia telah menyatakan bahwa terjadi peningkatan kematian pada anak-anak sebesar tiga kali lipat saat mereka tidur tengkurap dibandingkan jika mereka tidur dengan posisi menyamping. Sedangkan Majalah “Times” mempublikasikan hasil sebuah penelitian di Inggris yang menunjukan peningkatan tingkat kematian mendadak pada anak-anak yang tidur tengkurap. Fakta-fakta tersebut sejalan dengan apa yang diajarkan dalam Islam, sebagaimana Abu Hurairah RA meriwayatkan hadits dari Rasulullah SAW bahwa beliau pernah melihat seorang pria yang sedang tidur dengan posisi tengkurap, lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya ini adalah cara berbaring yang dimurkai oleh Allah dan Rasul-Nya” (air liur yang keluar waktu tengkurap itu najis), HR Tirimizi dan Ahmad-hasan lighairihi Subhanallah Semoga kita termasuk umat yang dirindukan Rasulullah SAW yang selalu tetap istiqamah mengikuti dan mengamalkan Sunnah - Sunnah Beliau.

Kemudian supaya kita tidak terganggu dalam tidur, agar syaraf bisa menjalankan fungsinya dengan baik serta tidak tergangu sebaiknya penerangan dikecilkan atau dipadamkan, Penelitian terbaru tentang tidur dalam kondisi lampu mati yang dilakukan oleh National Sleep Foundation semakin menguatkan hikmah di balik hadits Nabi untuk mematikan lampu sebelum tidur.

Seperti dikutip reuters, Selasa (26/11), hasil penelitian melaporkan tidur dengan lampu menyala berkaitan dengan bangun yang lebih sering di tengah malamyang memungkinkan jam tidur yang lebih sedikit sehingga mempengaruhi osilasi (gerak harmonik sederhana) otak.

Para peneliti dari Korea Selatan ini menemukan bahwa para partisipan yang tidur dengan lampu tidak menyala memiliki waktu tidur lebih cepat, kurang tidur gelombang syarafnya lambat, serta peningkatan gairah saat tidur, serta perubahan osilasi otak, "terutama yang terlibat dalam kedalaman dan stabilitas tidur,"

Penelitian ini didukung oleh sebuah artikel perspektif yang diterbitkan dalam jurnal Nature awal tahun ini yang ditulis oleh profesor Harvard sleep medicine, Charles A. Czeisler, M.D., Ph.D., bagaimana cahaya buatan menghentikan syaraf yang mendorong tidur dan mengaktifkan syaraf yang berkaitan dengan gairah. Czeisler menyoroti hubungan antara cahaya listrik dan kurangnya waktu tidur.

Hal ini telah disampaikan oleh Rosulullah lebih dari 14 abad yang lalu yaitu sabdanya yang artinya "Padamkanlah lampu di malam hari apabila kamu akan tidur…" (Muttafaq'alaih)
  Aamiiin ......

Minggu, 24 November 2013

HIDUP SEHAT DENGAN BIASAKAN UNTUK BANGUN PAGI SERTA DOA AKHIR MALAM



Bangun pagi yang sehat
Waktu pagi adalah waktu yang mendapat doa barokah dari Rosulullah SAW, rosulpun ketika mengutus bala tentara memilih waktu pagi, selain kita melaksanakan bangun pagi untuk sholat subuh juga medapat kebarokahan pada waktu pagi, perhatikan hadits di bawah ini :عَنْ صَخْرٍ الْغَامِدِيِّ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «اللَّهُمَّ بَارِكْ لِأُمَّتِي فِي بُكُورِهَا». وَكَانَ إِذَا بَعَثَ سَرِيَّةً أَوْ جَيْشًا بَعَثَهُمْ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ «وَكَانَ صَخْرٌ رَجُلًا تَاجِرًا، وَكَانَ يَبْعَثُ تِجَارَتَهُ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ فَأَثْرَى وَكَثُرَ مَالُهُ» قَالَ أَبُو دَاوُدَ: «وَهُوَ صَخْرُ بْنُ وَدَاعَةَ» رواه ابو داود : [حكم الألباني] : صحيح
Artinya : Dari Shokhr Alghomidi dari Nabi SAW bersabda : Ya allah semoga engkau memberi barokah pada umatku di waktu pagi. Dan nabi ketika mengutus balatentara pada waktu pagi hari. [ shokhr adalah seorang laki-laki pedagang yang kaya raya, dia ketika mengutus dagangannya ketika pagi hari, dan maka di kaya dan hartanya banyak ] HR Abu daud berkata 
Dengan bangun pagi, tekanan darah yang terjadi saat tidur bisa lekas mengalir normal karena gerak tubuh. Bahkan secara medis, bagun pagi juga dapat mengurangi kecenderungan terserang penyakit kardiovaskular atau gangguan jantung dan pembuluh darah. Bangun pagi sangat baik karena udaranya masih jernih, tidak karena polusi. Bahkan, kualitas oksigen sangat bagus karena baru terjadi perputaran dari tumbuhan ke manusia. Tidak hanya dari sisi medis, dalam hal lain pun, kita dapat melihat dampak positif dari bangun pagi.
Mari kita melihat para tokoh bangsa yang berhasil sukses dalam hidupnya. Kebanyakan dari mereka rata-rata menerapkan kedisiplinan dalam kehidupannya, termasuk dalam hal  beranjak tidur maupun saat bangun tidur. Bangun lebih pagi merupakan saat yang tepat untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan kecerdasan otak. Membaca buku misalnya, bila dilakukan pada pagi hari, otak akan lebih mudah menyerap materi.
Bukan hanya itu, ternyata bangun pada pagi hari juga dapat menyegarkan metabolisme tubuh dan menyehatkan mental. Bahkan, akhir-akhir ini bangun pagi telah diterapkan sebagai salah satu alternative untuk meningkatkan daya tahan tubuh bagi penderita Acquired Immune Deficiency Syndrom ( AIDS ). Ilmuwan dari jerman, Dr. Alexander Browis, bahkan menjadikan sebagai terapi terbaru untuk menguatkan tubuh para pasien penderita AIDS.
Melihat berbagai manfaat yang ada, mengapa masih saja banyak orang yang malas untuk bangun pagi ? Ternyata cukup banyak penyebabnya, yang utama adalah masalah rutinitas pekerjaan yang dilakukan hingga larut malam. Karena itu ada hal penting yang harus anda ketahui terlebih dahulu. Secara alami jam tidur setiap manusia, mulai dari balita hingga dewasa akan mengalami perubahan. Biasanya balita akan tidur dalam waktu 18 jam setiap hari. Kemudian, usia 2-3 tahun berkurang menjadi 12 jam. Anak usia sekolah SD/SMP membutuhkan tidur selama 10-12 jam, sedangkan usia SMA membutuhkan tidur selama 8 jam. Kemudian untuk kalangan orang tua di atas lima puluh /50 hanya membutuhkan tidur selama 4 jam.
Nah saat ini, anda termasuk ke dalam kategori usia yang mana ? tinggal anda sesuaikan dengan rutinitas anda, dan anda pun bisa menikmati nikmatnya bangun pagi. Tidak sulit bukan ? lagi pula bangun pagi itu sehat kok.
Written By Abu Nadja on Thursday, October 17, 2013
Tips agar tidak malas bangun pagi :
1.    Minumlah air putih segera setelah bangun tidur
2.    Biarkan sinar fajar masuk
3.    Beri sedikit pijatan di wajah
4.    Gambarkan harimu sejenak
5.    Lihatlah sesuatu yang berwarna
Semoga tulisan ini bisa kita pedomani untuk membarokahi waktu-waktu yang baik/barokah untuk mencari peluang usaha yang dicontohkan para tauladan yang terdahulu dan juga kita memamfaatkan untuk peningkatan pendekatan diri kepada Allah guna memperoleh derajat terpuji disisiNYA

Jumat, 22 November 2013

Jangan Remehkan Tetangga, Tapi Berbuat baiklah

Sekarang istri saya baru nyadar, betapa tidak enaknya jika bertengkar dan berseteru dengan tetangga. Paling gak enak. Dunia menjadi rupek. Apalagi kalau rumahnya di RSSS, yang letaknya saling berhadapan. Ibaratnya, jadi susah nengok.
Mau gak mau, tetap akan sering ketemu. Wong pintunya cuma satu, dari depan doang. Keluar – masuk ya dari situ. Akhirnya salting – salah tingkah sendiri, demi menghindari perseteruan. Aneh, masuk rumah sendiri pakai clingak-clinguk. Semua ini hanya bagian kecil, akibat tidak menghormat tetangga.

Tetapi begitulah kehidupan. Kadang kalau belum mengalami sendiri, susah kalau sekedar diomongi. Walau sampai berbuih, tetap saja. Gak digugu. Suami gak dianggap. Diomongi suruh ngalah, gak digubris. Dibilangin sabar, malahkayak begundal. Disuruh istighfar, malah kebakar. Mulut tetap nerocos, kayak bendungan mau tumpah. Badan dan anggotanya dikuasai setan. Susah dikendalikan. Akhirnya nekat nglabrak. Ribut. Adu mulut; ba bi bu – ba bi bu...! Terus pulang kayak orang menang perang. Namun setelah sadar, berubah total.

Beberapa saat setelah hilang nyeselnya, sontak senyam – senyum sendiri. Kayak orang kesurupan, mengingat tindakan bodoh yang pernah dilakukan. Kata maaf pun hambar, sebab hati sudah kadung luka. Dan usaha mengembalikan suasana seperti semula tak bisa sepenuhnya. Pergaulan pun seperti ada yang kurang, terkesan saling menjaga jarak, membatasi gerak, walau sudah bertajuk damai. Hanya pelajaran dan pengalaman bertetangga saja yang membuat hidup, karena tetangga adalah hal yang utama.
 

Dari Abu Syuraih al-Khuzai, bahwasanya Rasululloh SAW bersabda,”Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berbuat baik kepada tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia memuliakan tamunya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik ataudiam.” (Rowahu Bukhory (5672), Muslim dalam bab al-Luqothoh (14), Abu Dawud (91), An-Nasa’i (401) At-Tirmidzi (809)).


Imam Nawawi dalam Syarah Hadits Arba’in menjelaskan bahwa pengertian tetangga itu ada empat. Pertama, orang yang tinggal serumah dengan kita. Kedua, orang yang menempel rumahnya dengan rumah kita. Ketiga, orang yang terletak 40 rumah di samping kita (kanan – kiri, depan dan belakang). Dan keempat, orang yang tinggal satu negeri bersama kita. Berikut dalil – dalilnya.

Allah berfirman: ”Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (An-Nisaa: 36)

Dari Hasan bahwasanya dia ditanya tentang tetangga. Ia menjawab, ”40 rumah di depannya, 40 rumah di belakangnya, 40 rumah di sebelah kanannya dan 40 rumah di sebelah kirinya.” (Rowahu Bukhory fi Adabil Mufrod hadist no 109)

Allah berfirman; ”Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang- orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar.” (Al-Ahzab : 60)

Tetangga muslim yang dekat dan merupakan kerabat mempunyai tiga hak, yaitu hak kekerabatan, hak keislaman dan hak ketetanggaan. Jika dia muslim dan bukan kerabat, maka dia punya dua hak, yaitu hak keislaman dan hak ketetanggaan. Sedangkan jika dia non muslim, maka dia mempunyai satu hak yaitu hak ketetanggaan.

Dari Aisyah r.a., bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Jibril senantiasa berwasiat kepadaku untuk berbuat baik kepada tetangga, sehingga aku menyangka mereka akan mendapat bagian warisan.” (R. Bukhory fi Adabil Mufrod hadits no 101).

Ayo muliakan tetangga kita. Jangan sakiti mereka. Dan hendaklah supaya selalu dihormati. Hiduplah penuh toleransi. Dan kalau perlu sedikit mengalah. Jika dirasa kurang, maka banyaklah mengalah. Sebab akhir yang menakutkan, apabila kalau sampai ”menyakiti” tetangga. Dari Abu Huroiroh r.a, bahwasanya Rasululloh SAW bersabda, ”Tidak akan masuk surga, seseorang yang tetangganya tidak tenang karena gangguannya.” (rowahu Bukhory fi adabil mufrod hadits no 121)

Nabi SAW pernah ditanya, ”Wahai Rasululloh, ada seorang perempuan sering bangun sholat malam, siangnya berpuasa dan gemar bersedekah, tetapi dia suka menyakiti tetangganya.” Rasululloh SAW menjawab, ”Tidak ada kebaikan baginya. Dia masuk neraka.” Mereka bertanya lagi, ”Wahai Rasululloh, ada lagi perempuan yang cuma sholat yang wajib – wajib saja dan bersedekah ala kadar kemampuannya, tetapi dia tidak suka menyakiti tetangganya.” Beliau SAW menjawab, ”Dia termasuk ahli surga.” (Rowahu Bukhory fi adabil mufrod hadits no 119).

Nah, kita semua punya tetangga. Di kehidupan ini potensi konflik akan selalu ada. Bisa dari anak, dari sikap, harta benda dan salah tanggap. Maka banyak diam adalah salah satu jawabnya. Dan satu lagi, hal penting yang harus dilakukan di dalam masalah tetangga ini yaitu berdoa agar kita bisa menjadi tetangga yang baik dan terhindar dari tetangga yang jelek.

Alloohumma innii a’uudzubika min yaumis suu’ wa min lailatis suu’, wa min jaaris suu’ fii daaril muqoomah – Ya Allah aku berlindung dariMu dari hari yang jelek, malam yang jelek dan tetangga yang jelek di dalam rumahMu yang tetap.

Rabu, 20 November 2013

Detik-detik Rosulullah Menghadapi Sakarotul Maut


16 November 2013 pukul 9:20
Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya.

Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu,Rasulullah dengan suara terbatas memberikan kutbah, "Wahai umatku,kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian, Al Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku."

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.

Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca,

Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya.

Usman menghela nafas panjang

dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua sahabat didunia.

Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang didalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut, "kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.

Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu,

Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku", "Peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya,

dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii,ummatiii" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?

Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi... Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

 ADAKAH KITA SEBAGAI UMMATNYA MENYADARI HARAPAN ROSULULLAH, atau sudah kah kita berusaha dengan segala kemampuan, kesempatan/kelonggaran kita untuk mempelajari, memahami tingkah laku beliau melalui hadist-hadist beliau

Berapa lama kita hidup, prediksinya ?


Mari kita lihat berdasarkan Al-Qur'an sebagai sumber kebenaran absolut.
1 hari akhirat = 1000 tahun artinya 24 jam akhirat = 1000 tahun atau kita sederhanakan menjadi 3 jam akhirat = 125 tahun maka 1,5 jam akhirat = 62,5 tahun Sehingga Apabila umurnabi Muhammad sesuai sabdanya yaitu rata-rata 60-70 tahun, maka hidup manusia ini jika dilihat dari firman Allah atau sabda Nabi SAW hanyalah kisaran 1,5 jam saja. Pantaslah kita selalu diingatkan dengan masalah waktu serta Allah bersumpah dalam Qur'an surat Al 'Ahsr( Qs 103) Allah sudah mengingatkan kita seluruh manusia selalu dalam kerugian jika kita tidak beriman. Maka kesempatan yang ternyata hanya satu setengah jam saja yang akan menentukan kehidupan abadi kita kelak, apakah kita mau di Surga atau Neraka. (QS. 35:15, 4:170) Cuma satu setengah jam saja cobaan hidup, maka bersabarlah dan sadarilah diri kita masing-masing. (QS. 74:7, 52:48, 39:1¬0) Demikian juga hanya satu setengah jam saja kita harus menahan nafsu dan mengganti dengan sunnah-Nya. (QS. 12:53, 33:38) "Satu Setengah Jam" sebuah perjuangan yang teramat singkat dan Allah akan mengganti dengan surga Ridha Allah. (QS. 9:72, 98:8, 4:114) Maka berjuanglah untuk mencari bekal perjalanan panjang nanti. (QS. 59:18, 42:20, 3:148, 28:77) Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui." (QS. 23:114) So, HISAB lah diri, sebelum DIHISAB ALLAH.Hitunglah kira-kira amalan yang telah kita lakukan sudah pantaskah kita sebagai umat rosulullah yang beliau saja sudah di jamin masuk sorga tapi beliau sholatnya luar biasa khusuknya, sholat sunat lailnya sampai bengkak kakinya sangking lama tegak n duduknya dalam doa munajat pada Allah, pada hal sabda beliau pada hakekatnya manusia itu tidak pantas utk masuk sorga kalau cuman ngandalkan amalanya tapi karena ROHMAT n MAHGFIROH Allah lah kita bisa masuk SORGA. Jadi mumpung kita masih di alam DARRUL AMAL maka mari kita beramal yg sesuai petunjuk Allah n Rosulnya agar memperole KERIDHOAN, ROHMAT n MAHGFIROH ALLAH yang Maha ROHMAN n Maha ROHIM Semoga ALLAH senantiasa membimbing kita dalam keimanan dan ketaatan kepada-Nya. Aamiin

15 Kunci Rizki Dari Allah untuk HambaNya Yang Beriman

21 November 2013 pukul 14:38

Sahabat Shalih dan Shalihah Voa-islam.comHarus kita sadar bahwa rezki, jodoh dan maut sudah diqodar oleh Allah, dan manusia pasti akan mendapatkan atau menjumpainya tapi berdoa, berpikir dan kerja keras dengan segenap kemampuan serta keterampilan yang ada merupakan suatu keharusan.

Allah dan Rasul-Nya telah memerintahkan kita untuk mencari rizki yang halal dan baik, yang tentunya dengan cara berusaha yang halal dan baik pula. Namun disamping itu Allah dan Rasul-Nya  memberi jalan kepada kita dengan dibukanya kunci-kunci rizki yang tentu saja tanpa meninggalkan kasab (usaha).
Allah yang telah menciptakan dan menanggung rizki semua makhluk-Nya. Dan sudah keharusan bagi kita untuk mengembalikan semua perkara yang ghaib itu kepada Allah saja.
Di antara hal yang menyibukkan hati manusia adalah mencari rizki. Tidak sedikit dari kalangan manusia ini yang mencari rizki dengan cara yang diharamkan Allah. Baik dari golongan tingkat atas maupun tingkat paling bawah, baik oleh pejabatnya maupun oleh buruh sekalipun.
Banyak yang tidak lagi peduli terhadap larangan Allah dan Rasul-Nya. Mereka tidak lagi bisa membedakan mana yang halal dan mana yang haram karena akal sehatnya sudah tak dapat lagi berfungsi lantaran nafsunya terhadap dunia dan lupa terhadap Allah Ar Razzaaq. Mereka mengira rizki hanya berupa harta, uang, mobil, ponsel atau rumah.
Padahal rizki Allah sangat luas. Rizki Allah ada beberapa bentuk seperti ilmu pendidikan, rizki berupa pekerjaan dan bisnis, rizki berupa anak dan istri yang shalih dan shalihah, namun banyak yang lupa bersyukur pada rizki Allah yang berupa syariat Islam. Syariat Allah inilah yang membentuk Iman dan aqidah Islam kita
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada me-reka berbagai keberkahan dari langit dan bumi.” (Al-A’raf: 96).
Inilah 15 kunci-kunci rizki yang dikhabarkan kepada kita oleh Allah dan Rasul-Nya :
1. Istighfar dan Taubat.
Nabi Nuh AS berkata kepada kaumnya : "Maka aku katakan kepada mereka, mohon ampunlah kepada Rabb-mu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) sungai-sungai". (QS Nuh : 10-12)
2. Taqwa
Fiman Allah : "Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya". (QS. Ath-Thalaq : 2-3)
3. Bertawakkal (berserah diri) kepada Allah
Rasulullah SAW bersabda : "Sungguh, seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana rizki burung-burung. Mereka berangkat pagi dengan perut lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang". (HSR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnul Mubarak, Ibnu Hibban, Al Hakim, Al Qudha'i dan Al Baghawi dari Umar bin Khaththab t)
4. Beribadah sepenuhnya kepada Allah semata.
Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya Allah berfirman : "Wahai anak Adam, beribadahlah sepenuhnya kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku penuhi kebutuhanmu. (Dan) jika kalian tidak melakukannya, niscaya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan dan tidak Aku penuhi kebutuhanmu". (HSR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim dari Abu Hurairah t).
5. Menjalankan Haji dan UmrahRasulullah r bersabda : "Kerjakanlah haji dengan umrah atau sebaliknya. Karena sesungguhnya keduanya dapat menghilangkan kemiskinan dan dosa sebagaimana api dapat menghilangkan kotoran (karat) besi." (HSR Nasa,i. Hadits ini shahih menurut Imam Al Albani. Lihat Shahih Sunan Nasa'i.).
6. Silaturrahim (menyambung tali kekerabatan yang masih ada hubungan nasab)Rasulullah r bersabda : "Barangsiapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali silaturrahim" (HSR. Bukhari).
7. Berinfak dijalan AllahAllah berfirman : "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya. Dialah sebaik-baiknya Pemberi rizki". (QS. Saba : 39).
8. Memberi nafkah kepada orang yang menuntut ilmuAnas bin Malik t berkata : "Dulu ada dua orang bersaudara pada masa Rasulullah r. Salah seorang mendatangi (menuntut ilmu) pada Rasulullah r, sedangkan yang lainnya bekerja. Lalu saudaranya yang bekerja itu mengadu kepada Rasulullah r (lantaran ia memberi nafkah kepada saudaranya itu), maka Beliau r bersabda : "Mudah-Mudahan engkau diberi rizki dengan sebab dia". (HSR.Tirmidzi dan Al Hakim, Lihat Shahih Sunan Tirmidzi).
9. Berbuat baik kepada orang-orang lemahMush'ab bin Sa'd t berkata, bahwasanya Sa'd merasa dirinya memiliki kelebihan daripada orang lain. Maka Rasulullah r bersabda : "Bukankah kalian ditolong dan diberi rizki lantaran orang-orang lemah diantara kalian?". (HSR. Bukhari).
10. Hijrah dijalan AllahAllah berfirman : "Barangsiapa berhijrah dijalan Allah, niscaya mereka akan mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rizki yang banyak". (QS. An Nisa : 100)
11. Pahala orang-orang yang mati syahid.
Tak hanya itu, ada kunci Rizki yang lain yang kerap dilihat sebelah mata oleh banyak Kaum Muslimin, Yaitu Berjihad Fii Sabiillah dan meraih Pahala Mati Syahid Fii Sabilillah, diantaranya yaitu:
 Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup [248] disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.
Dari Ubadah bin Samit r.a bahawa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda Bagi muslim yang mati Syahid di sisi allah ada tujuh perkara:
a. Pertama dosanya diampuni sejak darahnya memancar.
b. Dapat melihat tempatnya di Jannah.
c. Dihiasi dengan perhiasan iman.
d. Diselamatkan dari azab kubur dan aman dari kedahsyatan hari kiamat.
e. Diberi mahkota kewibawaan, sebuah yaqut (mutiara) darinya lebih dari dunia dan seluruh isinya.
f. Dinikahkan dengan 72 bidadari.
g. Dapat memberi syafaat kepada 70 ahli keluarganya
   (Riwayat Ahmad dan Thabrani)
h. Bau darahnya seperti aroma misk
“Demi dzat yang jiwaku ditanganNya! Tidaklah seseorang dilukai dijalan Allah-dan Allah lebih tahu siapa yang dilukai dijalanNya-melainkan dia akan datang pada hari kiamat : berwarna merah darah sedangkan baunya bau misk” (HR. Ahmad dan Muslim)
Dr. Abdullah Azzam menyampaikan, “Subhanallah ! Sungguh kita telah menyaksikan hal ini pada kebanyakan orang yang mati syahid. Bau darahnya seperti aroma misk (minyak kasturi). Dan sungguh disakuku ada sepucuk surat-diatasnya ada tetesan darah Abdul wahid(Asy Syahid, insya Allah)- dan telah tinggal selama 2 bulan, sedangkan baunya wangi seperti misk.”
i. Tetesan darahnya merupakan salah satu tetesan yang paling dicintai Allah.
“Tidak ada sesuatu yang dicintai Allah dari pada dua macam tetesan atau dua macam bekas : tetesan air mata karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang tertumpah dijalan Allah; dan adapun bekas itu adalah bekas (berjihad) dijalan Allah dan bekas penunaian kewajiban dari kewajiban-kewajiban Allah” (HR. At Tirmidzi - hadits hasan)
j. Syahid itu tidak merasakan sakitnya pembunuhan
“Orang yang mati syahid itu tidak merasakan (kesakitan) pembunuhan kecuali sebagaiman seorang diantara kalian merasakan (sakitnya) cubitan.” (HR. Ahmad, At Tirmidzi, An Nasa’i - hadits hasan)
dan diriwayat yang shahih :
“Orang yang mati syahid itu tidak mendapatkan sentuhan pembunuhan kecuali sebagaimana salah seorang diantara kalian mendapatkan cubitan yang dirasakannya.”
12. IMAN, HIJRAH, JIHAD.
Dari surat At Taubah : 20  “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di Jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Alloh.
Mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan”
13. JIHAD Fii Sabilillah dengan JIWA dan HARTA,
 Surat Ash Shaff : 10, 11, 12 :
” Wahai orang-orang beriman! Maukah kamu Aku (Allah SWT) tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih??
   (Yaitu) kamu beriman kepada Alloh dan rasul-Nya dan berjihad di jalan Alloh dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.
   Niscaya Alloh mengampini dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam Jannah (syurga) yang mengalir dibawahnya sungai-sungai,
   dan tempat-tempat tinggal yang baik di dalam Syurga And. ITULAH KEMENANGAN YANG AGUNG.” 
14. Menikah & Kehamilan adalah Rizki dari Allah
        Mail bin Yasar RA, meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Kawinilah wanita yang penyayang dan beranak banyak, karena (pada hari kiamat), akan berlomba-lomba dengan umat lain dan berbangga karena jumlahnya.” 
Dalam Hadist lain Rasulullah SAW bersabda, “Bahkan bayi yang keguguran akan menarik ibunya kedalam jannah, apabila ia bersabar …” 
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang wanita menyusui, maka setiap isapan susunya yang diberikan kepada anaknya, ia akan menerima pahala bagaikan telah menghidupkan makhluk dan apabila ia menyapih anaknya, maka para malaikat akan menepuk punggungnya dan berkata “selamat”, semua dosamu yang telah lalu diampuni, sekarang mulailah lagi,” (dosa-dosa kecil diampuni). 
Rasulullah SAW bersabda pada putrinya Fatimah RA, “Wahai fatimah, jika wanita mengandung anak di perutnya, maka para malaikat akan memohonkan ampunan baginya, dan Allah SWT menetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan, menghapuskan seribu kejelekannya. Ketika wanita itu merasa kesakitan karena melahirkan, maka Allah SWT menetapkan pahala para pejuang di jalan Allah SWT, jika ia melahirkan bayinya maka keluarlah dosa-dosanya seperti ketika ia dilahirkan oleh ibunya. Dan akan keluar dari dunia dengan tidak membawa dosa apapun. Dikuburnya ditempatkan di taman-taman surga. Allah SWT memberinya pahala seribu ibadah haji dan umroh dan seribu malaikat memohon ampunan baginya hingga hari kiamat.” 
15) Bekerja atau berniaga Dengan Jujur, Ikhlas dan Profesional
Sebagai penutup, tentu kunci rizki yang terakhir yang berkaitan dengan bekerja keras di dunia dan berusaha sekuat tenaga dengan jujur, ikhlas dan profesional sesuai dengan kemampuan ilmunya.
Semua ada prosesnya, bekerjalah dengan tekun dan berdoalah kepada Allah agar terus membuka pintu rizki yang halal dan dijauhkan dari rizki haram. Jaga hubungan dengan rekan kerja dan tampik suap apapun, hindari korupsi demi surga yang kekal....
Setahun, dua tahun hingga tahun-tahun kelima adalah perjuangan yang cukup berat, bersabarlah dan teruslah fokus bahwa Allah sebagai tujuan. Insya Allah akan diberikan jalan yang baik dan Allah lah sebaik-baik pemberi rizki. Allahu Ar Razaaq!
Subhanallah Begitu besar segala  yang Allah SWT berikan kepada hambanya
Demikianlah beberapa kunci-kunci rizki dalam Islam yang memang sudah selayaknya seorang muslim untuk yakin terhadap apa yang difirmankan Allah dan apa yang disabdakan Rasul-Nya r supaya kita tidak terjerumus kedalam I'tiqad (keyakinan), perkataan dan perbuatan yang bathil.
Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada segenap keluarga, shahabat dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik sampai akhir zaman nanti. Wallahu A'lam

Kamis, 14 November 2013

Lab IPS , PENEMBANGAN STUDY IPS

Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Laboratorium
IPS untuk Meningkatkan Kualitas Peserta Diklat
Guru Bidang Studi IPs MTs
OLEH
Drs. Rudi Hariyono, M.Pd
ABSTRAK
Telah dibuat laporan penelitian yang ditekankan pada Pembelajaran dengan
Memanfaatkan Laboratorium IPS untuk Meningkatkan Kualitas Peserta Diklat Guru
Bidang Studi IPS MTs”
Pembelajaran dengan Memanfaatkan Laboratorium IPS untuk Meningkatkan
Kualitas Peserta Diklat Guru Bidang Studi IPS MTs” memberikan dampak yang positif
khususnya bagi motivasi guru maupun siswa sebagai subyek belajar.
Upaya yang perlu dilakukan dalam rangka Pembelajaran dengan Memanfaatkan
Laboratorium IPS untuk Meningkatkan Kualitas Peserta Diklat Guru Bidang Studi IPS
MI” menggunakan analisis regresi dengan bantuan program SPSS for Windows versi
11.5. Untuk pengujian hipotesis menggunakan uji t dengan bantuan program SPSS for
Windows versi 11.5. dengan uji anova satu jalur.
Tanpa banyak mengeluarkan biaya serta tenaga dan bisa disesuaikan dengan situasi
serta kondisi guru pengajar, dengan demikian pembelajaran IPS yang terkadang
membosankan bahkan mengarah kepada metode ceramah sebagai metode dominan dapat
bergeser kepada pembelajaran yang lebih aktif, kreatif, efektif serta menyenangkan
(Paikem) sehingga aktualisasi guru lebih berkembang sekaligus muncul kesadaran kreatif
yang dampaknya bisa mengarah ke pembelajaran profesional.
Kata-kata kunci : Pembelajaran Memanfaatkan Laboratorium IPS Meningkatkan
Kualitas Peserta Diklat Guru Bidang Studi IPS MTs”
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan saat ini dihadapkan pada tuntutan tujuan yang semakin canggih,
semakin meningkat baik ragam, lebih-lebih kualitasnya (Tilaar, 1997). Di sisi lain,
berdasarkan hasil evaluasi dengan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
diketahui bahwa siswa belum mencapai kemampuan optimalnya. Siswa hanya tahu
banyak fakta, tetapi kurang mampu memanfaatkannya secara efektif. Sementara itu,
pemerintah dan masyarakat berharap agar lulusan dapat menjadi pemimpin, manajer,
inovator, operator yang efektif dan yang mampu beradaptasi dengan perubahan. Oleh
sebab itu, beban yang diemban oleh Madrasah, dalam hal ini adalah guru sangat berat,
karena gurulah yang berada pada garis depan dalam membentuk pribadi anak didik.
Dengan demikian sistem pendidikan di masa depan perlu dikembangkan agar dapat
menjadi lebih responsife terhadap tuntutan masyarakat dan tantangan yang akan
dihadapi di dunia kerja di masa mendatang.
IPS merupakan salah satu mata pelajaran terpadu di madrasah tsanawiyah
dianggap sebagai pelajaran yang sulit bagi siswa apalagi terbagi atas empat mata
pelajaran yaitu geografi, sejarah, sosiologi, serta ekonomi, sehingga diperlukan suatu
metode khusus yang dapat membantu meningkatkan minat siswa terhadap mata
pelajaran ini. IPS merupakan mata pelajaran yang menuntut daya kritis dan daya
analisis yang cukup tinggi karena sebagian besar materi ajar terdapata pada lingkungan
masyarakat., dan disinilah peran guru diharapkan mampu menemukan suatu metode
yang tepat.
Jika ditelaah lebih mendalam pola pengajaran yang dilakukan oleh guru pada
umumnya, berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis, maka masih kurang
adanya kesesuaian pola pengajaran yang dilakukan oleh guru. Pengajaran bidangbidang
akademis masih dilakukan secara konvensional yang hanya membuahkan
kemampuan yang dangkal pada siswa. Padahal salah satu titik tumpu untuk mencapai
tujuan pembelajaran adalah melalui pengajaran bidang akademis tersebut.
Adanya pola pengajaran yang dilakukan oleh guru-guru, di antaranya disebabkan
karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman guru terhadap fungsi media
pembelajaran secara maksimal, model pembelajaran yang tepat, dan kurang
tersedianya perangkat pembelajaran yang sesuai. Media Pembelajaran, Model
pembelajaran serta perangkat pembelajaran yang dimaksud adalah yang bisa
meningkatkan kemampuan akademik, melatihkan keterampilan proses, sekaligus
memberikan nuansa tersendiri bagi berlangsungnya proses belajar mengajar dikelas
lebih variatif. Secara teoritis, untuk mengatasi permasalahan tersebut di antaranya
dengan mengembangkan pembuatan media pembelajaran oleh guru yang disesuaikan
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasarnya.
Tersedianya perangkat pembelajaran merupakan salah satu faktor yang dapat
menunjang proses pembelajaran berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan mutu
pendidikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nur (1999), bahwa perangkat pembelajaran
memberikan kemudahan dan dapat membantu guru dalam mempersiapkan dan
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Perangkat ini menyediakan sejumlah
strategi untuk mendorong siswa menggunakan gaya-gaya belajar berbeda. Sehingga
dengan perencanaan yang seksama, kebutuhan untuk seluruh siswa dapat dipenuhi dalam
kelas.
Pola pengajaran seperti yang telah diuraikan di atas, menjadi salah satu penyebab
rendahnya motivasi siswa dalam pembelajaran sejarah di Madrasah tsanawiyah. Harus
disadari bahwa banyak parameter yang mempengaruhi motivasi belajar, seperti;
intelegensi siswa, ketersediaan sarana dan prasarana belajar, latar belakang pendidikan
guru, kemampuan guru dalam mengorganisasikan pembelajaran, dan lain sebagainya.
Tetapi yang sangat penting dilakukan sekarang ini adalah mengembangkan perangkat
pembelajaran melalui pembuatan media pembelajaran , sekaligus melatihkan kepada
guru suatu model pembelajaran yang diharapkan bisa mewujudkan tujuan tersebut.
Tugas guru tidak hanya sekedar mengupayakan para siswanya untuk memperoleh
berbagai pengetahuan produk dan keterampilan. Lebih dari itu, guru harus dapat
mendorong siswa untuk dapat bekerja secara kelompok dalam rangka menumbuhkan
daya nalar, cara berpikir logis, sistematis, kreatif, cerdas, terbuka, dan ingin tahu. Oleh
sebab itu dalam kegiatan belajar mengajar perlu dikembangkan pengalaman-pengalaman
belajar melalui pendekatan dan inovasi pembuatan media pembelajaran serta dikaikan
dengan model-model pembelajaran yang sesuai.
Pembelajaran IPS khususnya diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang mendorong
siswa belajar secara aktif, baik fisik, mental-intelektual, maupun sosial (kelompok)
untuk memahami konsep-konsep sosial, sehingga dalam menghadapi kehidupannya
mapu berinteraksi secara baik. Dalam mengembangkan pembelajaran IPS di kelas,
yang diharapkan adalah keterlibatan aktif seluruh siswa dalam kegiatan pembelajaran,
yaitu kemampuan untuk menarik konklusi (kesimpulan) yang tepat dari bukti-bukti
yang ada.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman penulis, bahwa dalam kegiatan belajar
mengajar IPS selama ini sebenarnya guru bidang studi IPS sudah menerapkan
pembelajaran berkelompok untuk menyampaikan konsep-konsep IPS. Beberapa tugas
yang harus dikerjakan siswa secara kelompok seperti membuat kronologis sejarah dan
menjelaskan setiap peristiwa dengan metode diskusi, membuat menganalisis peta,
membuat alur kebutuhan manusia pada bidang studi geografi, serta membuat kesimpulan
tentang masalah interaksi sosial, serta tugas mengerjakan lembar kerja siswa (LKS)
secara individu maupun kelompok, dan masih banyak lagi tugas lainnya. Tetapi kalau
dicermati, kegiatan kelompok tersebut bukan pembelajaran kooperatif. Tujuan dan kerja
kelompok hanya menyelesaikan tugas. Kegiatan belajar mengajar tersebut biasanya hanya
didominasi oleh siswa yang pandai, sementara siswa yang kemampuannya rendah kurang
berperan dalam mengerjakan tugas kelompok. Di samping itu juga siswa tidak dilatihkan
untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan menghargai pendapat orang lain. Akibat cara
kerja kelompok seperti ini menyebabkan siswa yang kurang minatnya dan motivasinya
rendah akan semakin bosan dan pada akhirnya memperoleh hasil belajar IPS yang tetap
rendah dan adanya kesenjangan yang terlalu jauh antara hasil belajar siswa yang
motivasinya tinggi dengan hasil belajar siswa yang kurang motivasinya rendah.
Pada mata pelajaran IPS di Madrasah Tsanawiyah materi IPS dapat dikatakan
sebagai materi yang sangat padat meliputi empat mata pelajaran yang meliputi geografi,
sejarah, sosiologi, ekonomi, dimana tiap-tiap mata pelajaran terdiri lagi materi serta
submateri ,hal ini masih ditambah kendala minimnya waktu pertemuan dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar dikelas yaitu rata-rata 6 x 40 menit tiap minggunya.
Dengan demikian, pembelajaran yang mungkin dilakukan adalah pembelajaran yang
berorientasi kepada siswa dengan memberikan suatu strategi yang tepat pada pelaksanaan
pembelajaran. Ada dua model utama untuk mengajarkan strategi-strategi belajar. Model itu
adalah model pengajaran langsung (direct instruction) dan pengajaran terbalik (reciprocal
teaching) (Arends, 1997:265).
Penggunaan strategi-strategi belajar secara efektif memerlukan pengetahuan deklaratif
dan prosedural (arends, 1997: 265). Pengetahuan deklaratif tentang strategi-strategi tertentu
termasuk bagaimana strategi itu didefinisikan, mengapa strategi itu berhasil, dan bagaimana
strategi itu serupa atau berbeda dari strategi-strategi yang lain. Siswa juga memerlukan
pengetahuan prosedural sehingga mereka dapat menggunakan berbagai macam strategi secara
efektif.
Dari uraian di atas, perlu untuk melakukan penelitian dengan mengembangkan perangkat
pembelajaran melalui pembuatan media pembelajaran sederhana sebagai salah satu altematif
dalam mengatasi permasalahan kualitas pembelajaran IPS di Madrasah Tsanawiyah di Jawa
Timur. Penelitian ini berjudul
“HUBUNGAN PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP PENINGKATAN
PROFESIONAL MENGAJAR GURU IPS PADA DIKLAT GURU IPS MTS DI JAWA
TIMUR”
Pada dasarnya penelitian yang dilakukan ini adalah mengembangkan perangkat
pembelajaran yang berorientasi pada pembuatan media pembelajaran secara sederhana dan
dikaitkan dengan model pembelajaran kooperatif.
1.1 Rumusan Masalah
Bertolak dari permasalahan pada latar belakang di atas, dapat di tarik rumusan masalah
sebagai berikut :
Apakah ada hubungan pembuatan media pembelajaran dapat meningkatkan
profesional mengajar guru IPS pada Madrasah Tsanawiyah ?
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini ada tujuan yang diharapkan yaitu :
Untuk mengetahui apakah ada hubungan pembuatan media pembelajaran dapat
meningkatkan profesional mengajar guru IPS pada Madrasah Tsanawiyah.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan mendapatkan informasi dan temuan yang lebih
mendalam, terutama yang berhubungan dengan kualitas pembelajaran IPS. Tentu saja,
diharapkan nantinya dapat bermanfaat bagi seluruh subjek yang berkompeten dalam
memajukan kualitas belajar terutama dalam proses belajar mengajar dikelas khususnya guruguru
yang berada dalam lingkungan Madrasah Tsanawiyah dibawah Kementerian Agama.
Temuan penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :
1. Pusdiklat dan Balai Diklat Keagamaan Surabaya dengan harapan dapat mengetahui hasil
yang diperoleh peserta diklat khususnya masalah kualitas dalam proses pembelajaran
yang nantinya bisa dijadikan sebagai pijakan penentuan diklat kedepan.
2. Widyaiswara dengan harapan dapat dijadikan pijakan didalam pemberian sajian materi
diklat serta bisa pengembangan penelitian yang relevan.
3. Peserta diklat atau Guru dengan harapan bisa mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran
yang nantinya akan menciptakan proses belajar mengajar lebih baik dan lebih sempurna
dalam membangun pribadi siswa.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hakekat Belajar Mengajar
Belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan pada individu karena pengalaman.
Menurut Sardiman (1990:23) belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa-raga, psiko-fisik
untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya. Sedangkan Susanto (1999:1)
mendefinisikan belajar sebagai proses dimana otak atau pikiran mengadakan reaksi terhadap
kondisi-kondisi luar dari reaksi itu dapat dimodifikasi dengan pengalaman-pengalaman yang
dialami sebelumnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam belajar dibutuhkan
kekaktifan untuk mencapai suatu tujuan pengajaran. Keaktifan tidak hanya dituntut dari segi
fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Jika hanya fisik yang aktif, tetapi pikiran juga mental kurang
aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai (Djamarah, 1996:44). Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan jiwaraga,
mental dan fisik dari seseorang dengan disertai keaktifan dan tanggung jawab, dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar (Sardiman,
1990:47). Sejalan dengan pernyataan Sardiman, Susanto (1999:1) menyatakan bahwa pengajaran
merupakan upaya yang dilakukan untuk membuat lingkungan sedemikian rupa agar proses
belajar efektif. Jadi dapat dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang
kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi ini diciptakan
sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara optimal, baik jasmani maupun
rohani, fisik maupun mental.
Sardiman (1990:48) menyatakan bahwa fungsi pokok dalam mengajar adalah
menyediakan kondisi yang kondusif, sedang yang berperan aktif dan banyak melakukan kegiatan
adalah siswanya dalam menemukan dan memecahkan masalah. Dalam hal ini guru hanya
sebagai fasilitator saja, sedang siswa bertindak sebagai pelaksana sekaligus sebagai penentu
keberhasilan utama untuk mencapai tujuan bersama dalam pembelajaran. Oleh karena itu peran
guru dalam menyediakan sarana, suasana dan kondisi pembelajaran bagi anak didik juga mutlak
diperlukan karena dengan adanya peran guru yang optimal maka diharapkan peran siswa juga
optimal.
Jadi berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat belajar mengajar
adalah segala perubahan pada diri seseorang, baik jiwa dan raga, fisik dan mental, jasmani
maupun rohani, supaya proses belajar mengajar berlangsung efektif. Dalam belajar mengajar,
tanggung jawab semua komponen sangat diperlukan, baik dari guru, siswa, instansi sekolah
maupun orang tua. Selain itu penyediaan kondisi dan suasana belajar yang kondusif mutlak
diperlukan dalam proses mengajar supaya peserta menjadi semangat dalam belajar.
1.1.1 Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental (Sardiman, 1998:98).
Jadi aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang bersifat fisik maupun mental.
Dalam proses pembelajaran terdapat suatu aktivitas belajar. Dalam suatu pembelajaran, selain
terdapat aktivitas siswa, juga terdapat suatu proses belajar mengajar. Proses belajar tersebut
merupakan serangkaian kegiatan belajar yang melibatkan siswa, guru, media, materi pelajaran
dan lingkungan. Apabila seorang guru mampu menyediakan suasana pembelajaran yang menarik
maka proses belajar siswa juga akan berjalan lancar. Masing-masing siswa akan semakin aktif
dan tujuan pembelajaran akan dapat cepat tercapai.
Pada prinsipnya belajar adalah suatu kegiatan untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada
belajar kalau tidak ada aktivitas (Sardiman, 1990:94). Dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas
siswa sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran sangat diperlukan, sebab belajar
adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa. Guru
hanya berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar berlangsung
dengan baik (Suparno, 1997:65). Hal tersebut berarti bahwa dalam pembelajaran diperlukan
keterlibatan siswa dan guru secara aktif baik fisik maupun mental. Keseimbangan antara
aktivitas fisik atau jasmani dan mental/rohani merupakan faktor penting dalam peningkatan hasil
belajar.
Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian di sekolah
merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan
oleh siswa di sekolah. Proses belajar siswa tidak cukup hanya dengan mendengarkan dan
mencatat seperti yang umum terdapat di sekolah-sekolah tradisional.
Sardiman (1990:99) menggolongkan kegiatan proses siswa, antara lain sebagai berikut:
1. Visual activities. Yang termasuk di dalamnya misalnya: membaca, memperhatikan
gambar demonstrasi, percobaan.
2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3. Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan diskusi, musik
dan pidato.
4. Writing activities, contoh: menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan,
membuat konstruksi, bermain, berkebun, beternak.
7. Mental activities, misalnya: berminat, merasa bosan, gembira, bersemangat, berani,
tenang, gugup.
Jadi dengan klasifikasi aktivitas seperti uraian di atas, menunjukkan bahwa aktivitas di
sekolah itu cukup kompleks dan bervariasi. Jika berbagai macam kegiatan tersebut dapat
diciptakan di sekolah, tentu sekolah-sekolah itu akan lebih dinamis, tidak membosankan dan
benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal. Sehingga ini semua merupakan
tantangan yang menuntut jawaban dari para guru. Kreativitas guru mutlak diperlukan agar dapat
merencanakan kegiatan siswa yang sangat bervariasi.
Pada hakikatnya dapat disimpulkan bahwa proses belajar siswa adalah segala kegiatan
yang dilaksanakan siswa mulai dari pelajaran dimulai sampai pelajaran diakhiri. Proses belajar
dikelas harus melibatkan seluruh aspek pembelajaran, diantaranya adalah guru, kepala sekolah,
komite sekolah, lingkungan dan lain-lain. Selain itu sarana dan prasarana pembelajaran mutlak
diperlukan supaya pembelajran berlangsung efektif dan efisien.
1.1.2 Pembelajaran Kontekstual
Susanto (2004:4-5) menyatakan bahwa selaras dengan arah pembaharuan pendidikan
dalam kurikulum 2004, yakni Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), ada tiga hal pokok yang
perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pengembangan program dan pelaksanaan
pembelajaran sains, yaitu:
a) Pembelajaran seharusnya menjadikan siswa menguasai kecakapan hidup secara luas, bukan
sekedar menyerap produk ilmu pengetahuan semata.
b) Proses pembelajaran adalah penyediaan pengalaman belajar kepada siswa untuk membangun
sendiri kompetensi-kompetensi yang mendukung tercapainya penguasaan kecakapan hidup.
c) Pembelajaran dirancang agar siswa mengekplorasi isu-isu “salingtemas” di lingkungan
kehidupan nyata.
Berdasarkan ketiga hal tersebut, implementasi pembelajaran sains dapat menggunakan
pendekatan dan metode pembelajaran yang pada akhir-akhir ini sangat “populer” yaitu
pembelajaran konstruktivis dan pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran kontekstual dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran karena
pembelajaran itu memandang bahwa siswa belajar untuk membangun kecakapannya dalam
konteks kehidupan nyata. Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru
menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka dalam
anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi dkk. 2004 :4). Konstruktivisme merupakan landasan
berpikir (filosofi) pembelajaran kontekstual. Pembelajaran konstruktivis memandang siswa
sebagai insan yang mampu dan sedang membangun sendiri perilaku-perilaku belajarnya.
Pembelajaran konstruktivis menyarankan agar dalam proses pembelajaran siswa membangun
sendri konsep pengetahuan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman awal (prior knowledge)
yang telah dimiliki. Bila diartikan lebih luas sesuai dengan konsep pendidikan kecakapan hidup,
pembelajaran konstruktivis ini mempunyai makna bahwa dalam proses belajar siswa diberi
fasilitas untuk membangun sendiri kecakapan-kecakapan hidup (Susanto, 2004:5-6).
Dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran
kontekstual, jika keduanya digunakan sebagai pendekatan dan metodologi dalam suatu
pembelajaran sains, maka pembelajaran sains tersebut dapat menjiwai ciri-ciri pembelajaran
yang dikehendaki dalam kurikulum berbasis kompetensi. Dengan dasar itu, pembelajaran
dikemas dalam proses ‘mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan. Siswa menjadi pusat
kegiatan, bukan guru. Untuk itu, tugas guru dalam memfasilitasi proses tersebut dengan cara: (1)
menjadikan pengetahuan yang bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberi kesempatan siswa
menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (3) menyandarkan siswa agar menerapkan
strategi mereka sendiri dalam belajar. Hal inilah yang membedakan dengan pembelajaran
tradisional yang berpijak pada pandangan behaviorisme.
Corebima (2002:41) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual memiliki keunggulan
dibandingkan dengan pembelajaran lainnya karena proses pembelajaran berlangsung atas dasar
permasalahan riil dunia, sehingga lebih bermakna dan memungkinkan perkembangan pemikiran
tingkat tinggi, serta memberi kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilannya. Oleh karena itu, model pembelajaran sains yang perlu dikembangkan harus
mengandung prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual. Beberapa prinsip yang harus dipegang
oleh guru dalam menerapkan pembelajaran kontekstual itu disebutkan oleh Susanto (2004:7-8)
sebagai berikut.
a. Konstruktivis (Constructivist). Dalam pembelajaran konstruktivis siswa menyusun atau
membangun sendiri pengertian dan pemahamannya dari pengalaman baru yang didasarkan
pada pengetahuan dan keyakiann awal yang telah dimilikinya.
b. Bertanya (Questioning). Dalam model pembelajaran sejarah yang berbasis kontekstual siswa
perlu diberi fasilitas untuk mengemukakan pertanyaan berdasarkan masalah yang ditemukan.
Masalah dapat dikemukakan oleh guru jika siswa kesulitan untuk menemukan sendiri.
c. Inquiry (inquiry). Dalam model pembelajaran sains berbasis kontekstual kegiatan belajar
siswa melalui proses inquiring, yaitu: proses-penemuan masalah-penarikan hipotesispengumpulan
dan pencatatan data-analisis data-penarikan kesimpulan.
d. Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Dalam model pembelajaran kontekstual
siswa perlu diatur sehingga antar sesama dapat bekerja sama secara kooperatif, artinya siswa
tidak hanya bekerja dalam kelompok tetapi juga setiap anggota kelompok bertanggung jawab
atas keberhasilan belajar semua anggota kelompok.
e. Refleksi. Dalam pembelajaran konstruktivisme masalah dan hipotesis (dari proses inquiring)
yang diajukan oleh siswa pada tahap eksplorasi merupakan pengetahuan atau konsep awal
siswa. Ketika siswa sudah menemukan konsep pada tahap eksplanasi, siswa perlu diajak
merefleksi konsep awal terhadap konsep yang berhasil dibangun sendiri.
f. Pemodelan (modelling). Dalam model pembelajaran sains yang berbasis kontekstual guru
merupakan model, yaitu model mengenai kecakapan dan keterampilan yang perlu dikuasai
siswa. Kecakapan yang dibelajarkan sebaiknya dimodelkan, bukan hanya diberitahukan,
dijelaskan, atau diperintahkan. Dalam pembelajaran kooperatif, pemodelan bukan hanya dari
guru, melainkan juga dari siswa lain yang menjadi teman sebaya.
g. Asessmen autentik (Authentic assessment). Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian
belajar ditujukan pada kecakapan otentik yang diperoleh dalam pembelajaran, yaitu
kecakapan yang dapat diamati dalam situasi nyata dan berada dalam pengalaman langsung
siswa. Penilaian belajar diusahakan tidak hanya dengan “paper and pencil test”, melainkan
juga dengan “hands-on evaluation technique” yaitu dengan menampilkan benda atau
kejadian asli. Salah satu elemen penting dalam pembelajaran kontekstual adalah bertanya
(questioning). Corebima (2004:18) menyatakan bahwa dalam pembelajaran produktif,
kegiatan bertanya berguna untuk mengecek pemahaman siswa dan membangkitkan lebih
banyak lagi pertanyaan dari siswa. Bertanya tentu tidak sekedar bertanya, tetapi melibatkan
pikiran. Oleh karena itu, kualitas dan tipe pertanyaan dalam pembelajaran perlu mendapat
perhatian untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
Selain aspek pendekatan pembelajaran, pemilihan metode pembelajaran juga sangat
menentukan kualitas pengajaran dalam proses belajar mengajar. Hal ini berarti bahwa untuk
mencapai kualitas pengajaran yang tinggi setiap mata pelajaran, khususnya biologi, harus
diorganisasikan dengan metode pembelajaran yang tepat dan selanjutnya disampaikan pada
siswa dengan metode yang tepat pula.
Menurut teori Jim, satu prinsip paling penting dalam psikologi pendidikan adalah
bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa agar secara
sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan kepada
siswa atau peserta didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih
tinggi, dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut (Slavin, 1994).
Pada bagian ini akan dikemukakan dua teori yang melandasi pendekatan
konstruktivis dalam pembelajaran sejarah, yaitu Teori Perkembangan Kognitif Piaget, dan
Teori Perkembangan Mental Vygotsky.
1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Piaget adalah salah satu pioner yang menggunakan filsafat konstruktivis dalam
proses belajar. Piaget menyatakan bahwa anak membangun sendiri skemanya serta
membangun konsep-konsep melalui pengalaman-pengalamannya. Piaget membedakan
perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat taraf, yaitu (1) taraf sensori motor, (2)
taraf pra-operasional, (3) taraf operasional konkrit, dan (4) taraf operasional formal.
Walaupun ada perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan, tetapi teori Piaget
mengasumsikan bahwa selunrh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang
sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Perkembangan
kognitif sebagian besar bergantung seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif berinteraksi
dengan lingkungan. Antara teori Piaget dan konstruktivis terdapat persamaan yaitu terletak
pada peran guru sebagai fasilitator, bukan sebagai pemberi informasi. Guru perlu
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa-siswanya (Woolfolk, 1993) dan
membantu siswa menghubungkan antara apa yang sudah diketahui siswa dengan apa yang
sedang dan akan dipelajari (Abruscato, 1999). Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran
diterapkan dalam program-program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan
pengalaman-pengalarnan nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar yang
lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang rnempersiapkan lingkungan dan
memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar.
Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan adalah sebagai berikut (Slavin,
1994):
a. Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar
kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses
yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut. Pengalamanpengalaman
belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap
fungsi kognitif dan Inanya jika guru penuh perhatian terhadap metode yang
digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan
guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud.
b. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif
dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran
pengetahuan jadi (ready made knowledge) tidak mendapat tekanan, melainkan
anak didorong menemukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan
dengan lingkungan. Oleh karena itu, selain mengajar secara klasik, guru
mempersiapkan beranekaragam kegiatan secara langsung dengan dunia fisik.
c. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa selumh siswa tumbuh dan
melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung
pada kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu harus melakukan upaya untuk
mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam
bentuk kelompok-kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal.
Hal ini sesuai dengan pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran khas
menerapkan pembelajaran kooperatif secara ekstensif.
2. Teori Perkembangan Fungsi Mental Vygotsky
Vygotsky berpendapat seperti Piaget, bahwa siswa membentuk pengetahuan,
yaitu apa yang diketahui siswa bukanlah kopi dari apa yang mereka temukan di dalam
lingkungan, tetapi sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri, melalui bahasa.
Meskipun kedua ahli memperhatikan pertumbuhan pengetahuan dan pemahaman anak
tentang dunia sekitar, Piaget lebih memberikan tekanan pada proses mental anak dan
Vygotsky lebih menekankan pada peran pengajaran dan interaksi sosial pada
perkembangan IPA dan pengetahuan lain (Howe & Jones, 1993).
Sumbangan penting yang diberikan Vygotsky dalam pembelajaran adalah konsep
zone of proximal development (ZPD) dan scaffolding. Vygotsky yakin bahwa
pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum
dipelajari namun tugas-tugas itu berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugastugas
itu berada dalam zone of proximal development. ZPD adalah tingkat
perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky lebih
yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam kerjasama
atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap ke dalam
individu tersebut (Slavin, 1994).
Sedangkan konsep Scaffolding berarti memberikan kepada siswa sejumlah besar
bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian mengurangi bantuan tersebut
dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang
semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya (Slavin, 1994).
Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan (Howe &. Jones,
1993). Pertama, adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran kooperatif antar
siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling
memunculkan strategi-strtategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing
ZPD mereka. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan scaffolding,
dengan semakin lama siswa semakin bertanggungjawab terhadap pembelajaran sendiri.
Ringkasnya, menurut teori Vygotsky, siswa perlu belajar dan bekerja secara berkelompok
sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
2.1.3 Prinsip-prinsip Belajar Konstruktivis
Para ahli konstruktivis menyatakan bahwa belajar melibatkan konstruksi
pengetahuan saat pengalaman baru diberi makna oleh pengetahuan terdahulu (Abmscato,
1999). Persepsi yang dimiliki oleh siswa mempengaruhi pembentukan persepsi baru. Siswa
menginterpretasi pengalaman baru dan memperoleh pengetahuan baru berdasar realitas
yang telah terbentuk di dalam pikiran siswa.
Konstruktivisme yang berakar pada prsikologi kognitif, menjelaskan bahwa siswa
belajar sebagai hasil dari pembentukan makna dari pengalaman. Peran utama guru adalah
membantu siswa membentuk hubungan antara apa yang dipelajari dan apa yang sudah
diketahui siswa. Bila prinsip-prinsip konstruktivisme benar-benar digunakan di ruang
kelas, maka guru harus mengetahui apa yang telah diketahui dan diyakini siswa sebelum
memulai unit pelajaran baru.
Ada tiga prinsip yang menggambarkan konstruktivisme (Abruscato, 1999);
1. seseorang tidak pernah benar-benar memahami dunia sebagaimana adanya karena
tiap orang membentuk keyakinan atas apa yang sebenarnya,
2. keyakinan/pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang menyaring atau mengubah
informasi yang diterima seseorang,
3. siswa membentuk suatu realitas berdasar pada keyakinan yang dimiliki,
kemampuan untuk bernalar, dan kemauan siswa untuk memadukan apa yang
mereka yakini dengan apa yang benar-benar mereka amati.
2.1.4 Pembelajaran Kooperatif
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan
belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan
pelajaran.
Unsur-unsur dasar dalam pernbelajaran kooperatif adalah sebagai berikut
(Lungdren, 1994) :
Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka "tenggelam atau berenang
bersama".
Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain
dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari
materi yang dihadapi.
Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota
kelompok.
Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh
terhadap evaluasi kelompok.
Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan
bekerja sama selama belajar.
Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif.
Menurut Thompson, et al. (1995), pembelajaran kooperatif turut menambah
unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran sains. Di dalam pembelajaran
kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling
membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6
orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah
terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat
untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar
belakangmya.
Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar
dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar
yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang
direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah
mencapai ketuntasan (Slavin, 1995).
Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah ;
setiap anggota memiliki peran,
terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa
setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas belajarnya dan juga temanteman
sekelompoknya,
guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal
kelompok,
guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan (Carin, 1993).
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif
sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995), yaitu penghargaan kelompok,
pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
a. Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk
memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika
kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok
didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam
menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu,
dan saling peduli.
b. Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua
anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas
anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya
pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk
menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman
sekelompoknya.
c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup
nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari
yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang
berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk
berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang
menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada
kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi
oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya
tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh lbrahim, et al.
(2000), yaitu :
a. Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga
memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa
ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalarn membantu siswa memahami
konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model
struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar
akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping
rnengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif
dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas
yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dan
orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan
ketidakmampuarmya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari
berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada
tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling
menghargai satu sama lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada
siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial,
penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam
keterampilan sosial.
Keterampilan Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja,
tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari keterampilanketerampilan
khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan
kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan
hubungan kerja dapat dibangun dengan membangun tugas anggota kelompok
selarna kegiatan. Keterampilan-keterampilan selama kooperatif tersebut antara
lain sebagai berikut (Lungdren, 1994):
a. Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal
o Menggunakan kesepakatan
Yang dimaksud dengan menggunakan kesepakatan adalah
menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan hubungan kerja
dalam kelompok.
o Menghargai kontribusi
Menghargai berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat
dikatakan atau dikerjakan anggota lain. Hal ini berarti harus selalu setuju
dengan anggota lain, dapat saja kritik yang diberikan itu ditujukan terhadap
ide dan tidak individu.
o Mengambil giliran dan berbagi tugas
Pengertian ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok
bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas/tanggungjawab
tertentu dalam kelompok.
o Berada dalam kelompok
Maksud di sini adalah setiap anggota tetap dalam kelompok kerja
selama kegiatan berlangsung.
o Berada dalam tugas
Yang dimaksud berada dalam tugas adalah meneruskan tugas yang
menjadi tanggungjawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu
yang dibutuhkan.
o Mendorong partisipasi
Mendorong partisipasi berarti mendorong semua anggota kelompok
untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.
o Mengundang orang lain
Maksudnya adalah meininta orang lain untuk berbicara dan
berpartisipasi terhadap tugas.
o Menyelesaikan tugas dalam waktunya
o Menghormati perbedaan individu
Menghormati perbedaan individu berarti bersikap menghormati
terhadap budaya, suku, ras atau pengalaman dan semua siswa atau peserta
didik.
b. Keterampilan Tingkat Menengah
Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukkan penghargaan dan
simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara dapat diterima, mendengarkan
dengan arif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengorganisir, dan
mengurangi ketegangan.
c. Keterampilan Tingkat Mahir
Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa dengan
cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Urutan langkah-langkah perilaku guru menurut model pembelajaran
kooperatif yang diuraikan oleh Arends (1997) adalah sebagaimana terlihat pada tabel
2.1
Tabel 2.1
Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah laku Guru
Fase 1:
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar.
Fase 2:
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
Fase 3:
Mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompokkelompok
belajar
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu
setiapkelompok agar melakukan transisi
secara efisien.
Fase 4:
Membimbing
Kelompok bekerja dan
belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka.
Fase 5:
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masingmasing
kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya.
Fase 6:
Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai,
baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.
(Arends, 1997)
Terdapat enam fase utama dalam pembelajaran kooperatif (Arends,
1997). Pembelajaran dalam kooperatif dimulai dengan guru menginformasikan
tujuan-tujuan dari pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini
diikuti dengan penyajian informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal.
Kemudian dilanjutkan langkah-langkah di mana siswa di bawah bimbingan guru
bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang saling bergantung.
Fase terakhir dari pembelajaran kooperatif meliputi penyajian produk akhir
kelompok atau mengetes apa yang telah dipelajari oleh siswa dan pengenalan
kelompok dan usaha-usaha individu.
1.2 Media (Alat Bantu) dalam pembelajaran
Bahan pengajaran adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas fakta,
konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum
dan dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Metodologi pengajaran adalah
metode dan teknik yang digunakan dalam melakukan interaksinya dengan siswa agar
bahan pengajaran sampai kepaad siswa, sehingga siswa menguasai tujuan pengajaran.
Dalam metodologi ada dua aspek yang paling menonjol, yaitu metode mengajar
dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Sedangkan penilaian adalah alat
untuk mengukur atau menentukan taraf tercapai tidaknya suatu tujuan pengajaran.
Pola pembelajaran yang memanfaatkan media pembelajaran yang memanfaatkan
media pembelajaran sebagai sumber – sumber di samping guru dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Pola pembelajaran dibantu media (Arifin,2000)
Salah satu gambar yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori
penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of Experience (Kerucut
Pengalaman dale). Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tigkatan
pengalaman yang dikemukakan oleh bruner. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari
pengalaman langsung (konkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang
kemudian melalui benda tiruan sampai kepada lambing verbal (abstrak). Semakin diatas
puncak kerucut semakin abstrak media penyampai pesan itu. Perlu dicatat bahwa urut –
urutan ini tidak berarti prosesw belajar dan interaksi mengajar belajar harus selalu dimulai
dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapi mempertimbangkan
situasi belajarnya.
Tujuan Penetapan Isi
dan Metoda
Guru dengan
Media
Siswa
1.3 Pendidikan dan Pembelajaran IPS
Banyak pendidik dan ahli berpendapat bahwa IPS harus diajarkan di sekolah.
Mengapa IPS perlu diajarkan. Van der Meulen menyatakan, tercantumnya IPS dalam
kurikulum sekolah dimaksukan terutama untuk membangun kepribadian dan sikap mental
siswa. Dari khasanah IPS, siswa dan guru dapat menggali dan mengaktualisasikan nilainilai
edukatif dan inspiratif yang terkandung didalamnya. Jadi IPS diajarkan untuk
menjadikan maanak didik bisa mensikapi kehidupan yang ada di masyarakat.
IPS membangkitkan keinsyafan akan suatu dimensi yang amat fundamentaldalam
eksisteni masyarakat, yaitu gerakan dan peralihan terus menerus dari yang lalu kearah
depan artinya dalam kehidupan manusia :
Hanya ada selama ia bergerak kedepan.
Pada masa kini dan kedepan selalu merupakan penerusan warisan nenek moyangnya
dalam bentuk perubahan, pembaharuan, peralihan, perpaduan warisan nenek moyang
dan ciptaan kini.
IPS berguna bagi kita, karena memberi pengertian bahwa perubahan
adalah sesuatu yang tidak dapat dielakkan, karena itu kita harus senantiasa belajar menyesuaikan
dengan keadaan yang erubah-ubah. Kita harus selalu terbuka bagi perubahan yang kian hari kian
cepat terdapat dalam berbagi aspek kehidupan.
Beberapa ungkapan nilai edukasi, instruksi dan inspirasi dalam IPS menunjukkan bahwa
IPS sebagai sarana pendidikan dalam konteks IPS sebagai mata pelajaran disekolah-sekolah,
maka tujuan dan substansinya disesuaikan dengan segi-segi normatif yang dikandung oleh
tujuan pendidikan dalam hal ini adalah pendidikan nasional. Mata pelajaran IPS diharapkan
kontribusinya bagi pencapaian tujuan pendidikan nasional, melalui capaian tujuan pembelajaran
sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Eksistensi orientasi pembelajaran IPS sangat dipengaruhi oleh kualifikasi dan
kreatifitas pengajarnya. Guru yang tidak disiapkan secara khusus dan mendalam, hanya
akan mampu menyajikan pelajaran IPS secara “dekte” dan monoton. Padahal sejarah dan
pembelajaran IPS merupakan usaha menghidupkan kembali masa lampau melalui
penggunaan strategi dan metode yang mendorong siswa berfikir kritis kesejarahan. Guru
IPS perlu mantap menguasai dan menuntun siswa bertalian dengan kaidah-kaidah
keilmuan IPS. Jadi guru harus memiliki bekal memadai mengenai metodologi dan filsafat
IPS yang menyangkut kerja IPS , serta menguasai metodologi pembelajaran menyangkut
penyampaian pengetahuan IPS (transfering knowledge).
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pembuatan media
pembelajaran pada pelaksanaan diklat di Balai Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Teknis
Keagamaan Surabaya Jawa Timur dapat mengoptimalkan kualitas pembelajaran sejarah
khususnya di Madrasah Tsanawiyah se-jawa Timur. Dalam pembelajaran dikelas tidak
terlepas dari strategi, pendekatan maupun model pembelajaran yang mengarah kepada
perangkat dalam media pembelajaran, sehingga diharapkan setelah menerima materi diklat
IPS tingkat dasar ada perubahan dalam kualitas Pembelajaran IPS ditempat kerja, sehingga
dari sini akan terlihat peran Balai Diklat dalam proses pembelajaran pada pelaksanaan
diklat.
Pengukuran terhadap optimalisasi kualitas pembelajaran sejarah kepada peserta
diklat guru bidang studi sejarah pada Madrasah Tsanawiyah (MTs) dapat dilihat dari
perbandingan nilai pre-tes micro teaching dengan nilai akhir post-tes micro teaching serta
dengan memberikan lembar pertanyaan terbuka .
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung,
ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari
semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya,
sedangkan sampel yaitu bagian yang diambil dari populasi ( sudjana 1996:6).
Penelitian ini menggunakan teknik random sampling, jadi setiap anggota populasi
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampling ( Hadi ; 1997:75).
Tentang besarnya sampel penelitian, bila subyeknya kurang dari 100 diambil semua, dan
jika subyeknya besar diambil 10% - 15%, 20% - 25 % atau lebih (Arikunto 1989 : 07).
Menurut data statistik yang ada pada Balai Diklat tenaga Teknis Keagamaan
Surabaya, jumlah peserta diklat guru-guru IPS MTs se-Jawa timur tahun 2012 berjumlah
30 orang.
3.2.2. Sampel penelitian
Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah guru-guru peserta Diklat IPS
Madrasah Tsanawiyah se jawa Timur tahun 2012 yang berjumlah 30 orang baik dari
Madrasah Tsanawiyah Negeri maupun Madrasah Tsanawiyah swasta.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Menurut M. Zaini, instrumen penelitian adalah alat ukur variabel yang digunakan untuk
mengumpulkan data dilapangan. Pada penelitian ini instrumen yang digunakan sebagai
berikut :
1. Angket
Angket digunakan untuk mengukur variabel bebas (X) yaitu tentang pembuatan media
pembelajaran sederhana oleh guru sejarah, juga untuk mengukur variabel terikat (Y) yaitu
optimalisasi kualitas Pembelajaran Sejarah kepada sampel yang telah ditentukan.
2. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengukur variabel terikat (Y) yaitu optimalisasi kualitas
Pembelajaran Sejarah, dengan membandingkan nilai pre-tes micro teaching dan post-tes
microteaching pada peserta guru Sejarah.
3.4 Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis regresi dengan bantuan
program SPSS for Windows versi 11.5. Untuk pengujian hipotesis menggunakan uji t
dengan bantuan program SPSS for Windows versi 11.5. dengan uji anova satu jalur.
1.5 Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Nopember 2011 bersamaan
dilaksanakannya diklat guru sejarah Madrasah Tsanawiyah .
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. I. 2001. Learning to Teach. New York: McGraw Hill Companies.
Arikunto, S. 1991. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Corebima, AD. 2002. Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional.
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdikbud. 1993. Garis-garis Besar Program Pengajaran Sekolah Menengah Umum.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Ibrahim, M., Fida R., Nur, M. dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif Surabaya:
Unesa Press.
Karim, 2000. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbarrg
Diknas.
Marjohari. 1994. Proses Perancangan Pengajaran. Bandung: ITB Bandung.
Nur, M. 1998. Teori Pembelajaran Kognitif. Surabaya : Program Pascasarjana. IKIP Surabaya.
Nur, M. 1999. Pengantar pada Pengajaran dan Pengelolaan Kelas. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya.
Nur, M. 2000. Strategi-strategi Belajar. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.
Rusyan, T. Atang K dan Zainal A. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung
: Remaja Karya Bandung.
Slavin. 1995. Cooperative Leaming Theory. Second Edition. Massachusetts: Allyn and
Bacon Publisher.
Slavin. 1994. Educational Psychology, Theory and Practice. Needham Heights: Allyn R:
Bacon.
Supamo, P, 1997. Filsafat Konstruktivis dalam Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kanisius.
Sulo, La Sl. Et. Al. 1985. Pengajaran Mikro. Jakarta: Proyek PPTK Ditjen Pendidikan
Tinggi Depdikbud.
Suryo, Joko. 1991. Pengembangan kajian Sejarah dalam Kurikulum SLTA. Malang; IKIP
Malang.
Tilaar, H. 1997. "Paradigma Baru Pendidikan Nasional". Editor: All Saukah. Jurnal llmu
Pendidikan, Jilid 7 Desember 1997. Jakarta: LPTK & ISPI.
Winkel, W.S. 1989. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
LABORATORIUM : Perspektif Teknologi Pembelajaran
Oleh: Mustaji, Teknolog Pembelajaran
Disajikan Dalam Workshop Penyusunan Panduan Penggunaan Laboratorium
Di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya
Rabu, 23 Desember 2009
Prof. Dr. Mustaji, M.Pd.A. Pengertian
Dalam dunia pendidikan disadari perlunya menghubungkan antara teori dan praktek. Prinsip-prinsip akan dikaji dalam praktek. Apa yang terdapat dalam pengalaman praktek dicari dasar-dasarnya dalam teori, dalam prinsip-prinsip. Hubungan antara teori dan praktek seyoginya bersifat berlapis-lapis yang integratif, di mana teori dan praktek secara bergantian dan bertahap saling isi mengisi, saling mencari dasar, dan saling mengkaji. Sehubungan kaitan antara teori dan praktek inilah laboratorium dan fasilitas lain dalam proses belajar-mengajar patut mendapat perhatian. Di laboratorium berlangsung kegiatan kerja laboratorium (laboratory work).
Laboratorium ialah tempat untuk melatih mahasiswa dalam hal keterampilan melakukan praktek, demonstrasi, percobaan, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Laboratorium yang dimaksud di sini tidak hanya berarti ruangan atau bangunan yang dipergunakan untuk percobaan ilmiah, misalnya dalam bidang sains (science), biologi, kimia, fisika, teknik, dan sebagainya; melainkan juga termasuk tempat aktivitas ilmiahnya sendiri baik berupa percobaan/eksperimen, penelitian/riset, observasi, demontrasi yang terkait dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan kata lain “laborary work” adalah kegiatan (kerja) ilmiah dalam suatu tempat yang dilakukan oleh mahasiswa atau guru/dosen atau pihak lain, baik berupa praktikum, observasi, penelitian, demonstrasi dan pengembangan model-model pembelajaran yang dilakukan dalam rangka kegiatan belajar-mengajar.
Jadi pengertian laboratorium tidak hanya termasuk di dalamnya gedung atau ruang dan peralatannya, seperti misalnya laboratorium kimia, fisika, teknik, dan sebagainya. Akan tetapi pengertian laboratorium termasuk juga sekolah/kelas dan bahkan masyarakat sendiri. Lembaga kemasyarakatan, alam sekitar juga merupakan laboratorium. Ia merupakan sumber belajar dan media dalam proses belajar-mengajar yang tidak akan habis.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang disebut “laborary work” adalah kegiatan kerja ilmiah yang dilakukan dalam sebuah laboratorium. Untuk memberikan pemahaman yang sistemik berikut beberapa pengertian laboratorium yang dapat diartikan dalam bermacam-macam segi :
    Laboratorium dapat merupakan wadah yaitu tempat, gedung, ruang dan segala macam alat/perlengkapan yang diperlukan untuk kegiatan ilmiah. Dalam hal ini laboratorium dilihat sebagai perangkat keras (hardware).
    Laboratorium dapat merupakan sarana media di mana dilakukan kegiatan belajar-mengajar. Dalam pengertian ini laboratorium dilihat sebagai perangkat lunak (software) dalam kegiatan ilmiah.
    Laboratorium dapat diartikan sebagai pusat kegiatan ilmiah untuk menemukan kebenaran ilmiah dan penerapannya.
    Laboratorium dapat diartikan sebagai pusat inovasi. Dengan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sebuah laboratorium diadakanlah kegiatan ilmiah; eksperimentasi sehingga dapat diperoleh temuan-temuan baru dalam bidang keilmuan yang membawa pembaharuan baik itu berupa mesin-mesin, bahan-bahan baru, cara-cara kerja, dan sebagainya.
    Dilihat dari segi “clientele” maka laboratorium merupakan tempat di mana mahasiswa atau dosen atau pihak lain melaksanakan kegiatan kerja ilmiah dalam rangka kegiatan belajar-mengajar.
    Dilihat dari segi kerjanya laboratorium merupakan tempat di mana dilakukan kegiatan kerja untuk menghasilkan sesuatu. Dalam hal demikian ini bidang teknik laboratorium dapat diartikan sebagai bengkel kerja.
    Dilihat dari segi hasil yang diperoleh maka laboratorium dengan segala saran adan prasarana yang dimiliki dapat merupakan dan berfungsi sebagai pusat sumber belajar (PSB).
B. Macam Laboratorium
Macam ragam laboratorium dapat dilihat dari beberapa segi. Dilihat dari segi pendekatannya ada beberapa macam, yakni (1) Persobalized Sytem of Instruction (PSI), (2) Audio Tutorial Method (A-T), (3) Computer Assisted Learning (CAL), (4) Learning Aids Laboratory (LAL), (5) Modular Laboratory (M-L), (6) Integrated Laboratory (IL), (7) Project Work, dan (8) Participation in Research (PIR)
Personalized System of Instruction
“Personalized System of Instruction” (PSI) ditemukan oleh Keller (1968) merupakan pendekatan baru dalam bidang pembelajaran. Oleh karena itu PSI sering disebut “The Keller Plan”. Karakteristik dari PSI adalah sebagai berikut :
    Kemajuan mahasiswa berdasarkan berdasar pada langkahnya sendiri, didasarkan pada irama kerjanya. Ada yang cepat dan berinisiatif tinggi, ada yang sedang-sedang saja, dan ada pula yang lamban dengan semboyan ”biar lambat asal selamat”.
    Sebelum mempelajari unit berikutnya, mahasiswa harus membuktikan terlebih dahulu penguasaannya terhadap pembelajaran dan unit yang sudah dipelajarinya dengan membuat satu atau beberapa tes.
    Pelaksanaan perkuliahan yang dijalankan lebih dianggap memberikan motivasi serta dapat memberikan informasi atau tambahan pengetahuan.
    Staf pengajar bukan hanya dosen, tetapi juga mahasiswa senior yang berfungsi sebagai tutor.
    Materi pembelajaran dibagi dalam unit-unit yang masing-masing terdiri dari : (1) pengantar, (2) tujuan pembelajaran, (3) kegiatan pembelajaran, dan (4) serangkaian pertanyaan yang berfungsi untuk memperdalam materi yang telah dipelajari
        Apabila seorang mahasiswa merasa sudah siap mempelajari unit selanjutnya yang dibuktikan dengan kelulusan dari tes unit yang telah lalu, maka mahasiswa tersebut dapat terus maju ke unit yang selanjutnya. Sebaliknya dengan kegagalan menempuh tes unit yang lalu, maka terbukti masih adanya kekurangsiapan mahasiswa tersebut untuk mengambil unit yang berikutnya. Akibatnya ialah mahasiswa tersebut diwajibkan mempelajari kembali tes tersebut dengan bimbingan tutor sebelum menempuh tes sekali lagi.
        Ternyata sistem tersebut di atas memakai “feedback mecanism” dalam arti hasil tes seorang mahasiswa merupakan umpan balik sejauh mana mahasiswa sudah atau belum memiliki pengusaan atas materi dari unit yang telah dipelajarinya.
        Dilihat dari segi tujuan pembelajaran dapat tersimpul karakteristiknya bahwa tujuan pembelajarannya bersifat “behavioral”.
        Biasanya “Criterion Referenced Testing” yang dipakai untuk menilik penguasaan mahasiswa atas bahan yang telah dipelajarinya.
Audio Tutorial Method
Pendekatan Audio Tutorial Method (A-T) ini semula dikembangkan oleh Portlethwart (1969-1972) yang merupakan metode dalam pembelajaran biologi di Purdue University. Materi atau bahan pembelajaran dibagi-bagi ke dalam bagian-bagian untuk satu minggu lamanya yang berisi teori maupun praktek. Bahan tersebut dimasukkan ke dalam kaset, di mana setiap mahasiswa dengan manempati tempat yang tertentu (semacam “booth” dalam laboratorium bahasa) belajar melalui kaset dengan peralatan laboratorium lain yang tersedia.
Karakteristik dari pendekatan “Audio Tutorial Method” ini adalah :
    Pendekatan dengan media “audio tutorial” ini dipakai untuk mengatasi besarnya kelas/jumlah mahasiswa dengan memberikan bimbingan dalam pita kaset. Program belajar adalah didasarkan pada irama kerja atau kecepatan maju mahasiswa sendiri
    Dilihat dari segi tertentu ceramah yang dikasetkan dalam bentuk program bimbingan bersifat memberikan motivasi saja.
    Diperlukan umpan balik kerja mahasiswa untuk dapat mengetahui apakah mahasiswa tersebut dapat melanjutkan belajarnya pada bagian yang berikut dengan menempuh serangkaian tes.
    Tujuan yang diumumkan bersifat “behavioral”.
    Dipakai “Criterion Referenced Testing”.
    Terdapat integrasi antara teori dan praktek.
    Dalam hal ini kaset dapat digolongkan sebagai media.
Computer Assisted Learning
Istilah “Computer Assisted Learning (CAL)” sering dipakai di kalangan buruh dalam kerajaan Inggris, sedang istilah lain dengan isi yang sama adalah “Computer Assisted Learning (CAL)” yang sering dipakai di kalangan guru-guru di Amerika Serikat. Komputer dalam pendekatan ini dipakai sebagai sarana atau media belajar. Seringkali komputer untuk membuat model atau simulasi suatu situasi atau suatu proses yang baik mungkin tersedia untuk dipelajari mungkin karena mahalnya atau karena kelangkaannya, sehingga tidak mungkin untuk memperoleh pengalaman langsung dari padanya. Perananan dosen digantikan oleh komputer karena dapat mengisi kekurangan-kekurangan yang terdapat pada guru/dosen tersebut.
Karakteristik dari “Computer Assisted Learning” sebagai berikut :
    Mahasiwa dapat belajar menurut irama kerjanya.
    Diperlukan balikan untuk memungkinkan segera mengetahui apakah seseorang memenuhi penguasaan atas materi atau untuk menentukan dapat atau tidaknya belajar bagian yang berikutnya.
    Komputer berfungsi sebagai tutor baik sebagai pemberi informasi, pemberi tugas, pemberi tes, dan menilai hasil tes serta menentukan hasil yang dicapai oleh mahasiswa.
    Selain sebagai tutor, komputer juga berfungsi sebagai simulator, sebagai model yang memberikan kepada mahasiswa fasilitas untuk berhitung simulasi, model-model, dan pemecahan masalah.
Learning Aids Laborary
“Learning Aids Laborary (LAL)” dapat dirumuskan sebagai pusat di mana mahasiswa terlibat dalam belajar secara individual dengan memakai sarana atau peralatan yang ada dalam laboratorium, misalnya AVA, komputer, pameran, percobaan sendiri atau studi referensi.
Keberhasilan belajar dengan pendekatan LAL ini sangat tergantung pada motivasi mahasiswa itu sendiri, karena peralatan dalam laboratorium, baik yang “hardware” maupun “software”nya tergantung pada niat, kemampuan, dan irama kerja dari mahasiswa sendiri. Laboratorium di sini hanya berfungsi sebagai media belajar-mengajar.
Karakteristik dari “Learning Aids Laborary” adalah :
    Amat tergantung dari irama kerja mahasiswa.
    Dapat membangkitkan minat dan perhatian mahasiswa.
    Seperti kerja laboratorium yang lain mahasiswa dapat menghubungkan dan mengintegrasikan antara teori dan praktek.
    Peralatan yang tersedia dalam laboratorium berfungsi sebagai media.
Modular Laborary
Yang disebut dengan “Modular Laborary (M-L)” adalah laboratorium, di mana mahasiswa, dosen atau orang lain dapat melakukan kegiatan praktek (dalam arti belajar) dengan menggunakan modul-modul yang tersedia. Yang dimaksud dengan modul adalah suatu unit yang berdiri sendiri dari rangkaian suatu perencanaan yang berseri dalam kegiatan pelajaran yang direncanakan untuk membantu mahasiswa dalam melaksanakan sesuatu hal yang tertentu akan lebih obyektif. Sedangkan modul itu sendiri dimaksudkan sebagai suatu paket kurikulum yang disediakan untuk dapat dipakai belajar sendiri.
Penggunaan modul sebagi metode belajar-mengajar yang bersifat inovatif antara lain dimaksudkan untuk mengatasi jumlah kelas yang sulit diperhatikan perbedaan-perbedaan individual dari mahasiswa.
Karakteristik “Modular Laborary” sebagai suatu belajar-mengajar antara lain adalah :
    Sistem modul memungkinkan mahasiswa belajar berdasarkaan irama kerja yang dimilikinya.
    Menurut penguasaan (mastery learning) atas apa yang telah dipelajarinya sebelum berpindah ke modul yang lebih lanjut.
    Dibutuhkan balikan yang dapat menentukan apakah mahasiswa tersebut sudah siap mempelajari modul berikutnya, yaitu berdasarkan hasil tes yang telah ditempuhnya.
    Tujuan khusus pembelajaran biasanya dirumuskan “behavioral”.
    Terdapat “Criterion Referenced Testing” untuk menentukan kesiapan mahasiswa mengambil modul berikutnya.
    Fungsi modul di sini adalah sebagai media dalam proses belajar-mengajar.
Integrated Laborary
“Integrated Laborary (IL)” adalah laboratorium yang terintegrasi berusaha mengintegrasikan, menyatakan disiplin yang terpisah-pisah atau sub-sub disiplin ke dalam satu paket belajar dengan media laboratorium yang terintegrasikan. Misalnya laboratorium kimia, fisika, dan biologi apalagi disatukan dalam satu paket maka merupakan integrasi dari disiplin ilmu kimia, ilmu fisika, dan ilmu hayat. Yang dipersatukan mungkin pula dalah sub disiplin ilmunya, misalnya kesatuan program laboratorium untuk kimia organik, kimia anorganik, kimia analitis, dan kimia fisis.
Contoh lain, Ilmu Pengetahuan Sosial amat dekat hubungannya dengan Pendidikan Moral Pancasila. Oleh karenaya demi pemakaian laboratorium yang berdayaguna dan berhasilguna maka “Integrated Laborary” untuk kedua disiplin atau bidang studi tersebut amat bermanfaat.
Karakteristik IL adalah sebagai berikut :
    Terdapat tumpang tindih antar bidang studi (interdisciplinary overlap).
    Terdapat tumpang tindih dalam satu bidang studi (intradisciplinary overlap), misalnya laboratorium kimia yang dipakai untuk kimia organik, biokimia, kimia analisis, kimia fisis, dan sebagainya.
    Terdapatnya simulasi profesional (profesional simulation).
    Pada karya dalam arti penuh dengan kerja karena didisain untuk dipergunakan bekerja, belajar dalam berbagai bidang studi, disiplin atau sub disiplin ilmu.
Project Work (Belajar dengan Bekerja)
Belajar dengan bekerja atau “Project Work” merupakan suatu pengalaman belajar tersendiri, di mana mahasiswa dihadapakan kepada masalah-masalah konkrit yang harus dipecahkan. Proyek di sini diartikan sebagai suatu unit praktek dari suatu kegiatan yang memiliki nilai pendidikan untuk menuju kepada satu atau lebih tujuan konkrit dalam hal penyelidikan dan pemecahan masalah yang sering dipakai dalam penggunaan materi fisik, direncanakan untuk disempurnakan oleh mahasiswa dan dosen dalam menuju suatu kehidupan nyata yang wajar.
Dalam laboratorium “Project Work”, mahasiswa atas nasehat dosen pembimbing memilih satu topik proyek. Atas dasar pilihan itu dipilih kepustakaan untuk mendapatkan informasi. Informasi ini merupakan dasar penyusunan rencana kerja untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu. Barulah kemudian menyusul fase kerja lapangan, eksperimen dengan berbagai alat yang tersedia atau bila perlu dibuat terlebih dahulu. Langkah-langkah yang dilaksanakan dan masalah yang timbul serta hasil-hasil yang kerja ilmiah. Selama proses berlangsung, pembimbing proyek memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berkonsultasi mengenai masalah-masalah yang dihadapi.
Ada tiga tipe dalam “Project Work” , yakni (1) Proyek dipakai sebagai sarana untuk mendapatkan keterampilan dan pengetahuan, (2) Proyek dipakai sebagai alat untuk secara umum mengembangkan keterampilan dan sikap, dan (3) Orientasi proyek di mana proyeknya sendiri merupakan penentu utama dari isi pembelajaran.
Karakteristik daripada “Project Work” ini adalah :
    Kemajuan mahasiswa ditentukan oleh irama kerjanya.
    Membutuhkan pembimbing.
    Tumpang tindih antar bidang studi (interdisciplinary overlap).
    Dapat pula terjadi tumpang tindih dalam satu bidang satu bidang (intradisciplinary overlap).
    “profesional simulation”
    Orientasinya pada riset.
    Topik dapat dipilih sendiri oleh mahasiswa.
    Merupakan rencana untuk belajar yang di dalamnya terdapt pengalaman belajar.
    Biasanya dilaksanakan oleh mahasiswa dalam bentuk tim.
Participation in Research
Dalam model “Participation in Research (PIR)” mahasiswa ikut serta dalam riset nyata yang sedang diadakan oleh fakultas atau lembaga lain, misalnya Lembaga Penelitian, Lembaga Pengabdian pada masyarakat, dan sebagainya. Riset yang sedang dilaksanakan itu merupakan laboratorium di mana mahasiswa mendapatkan pengetahuan langsung, baik terori maupun praktek dari pengalaman kerja dalam riset tersebut. Dalam riset inilah mahasiswa mempelajari konsep yang dipadukan dalam praktek dalam kehidupan yang nyata.
Karakteristik dari pada “Participation in Research” ini adalah :
    Kemajuan mahasiswa yang sejalan dengan irama kerjanya.
    Tersedia tutor.
    Terjadi tumpang tindih dalam satu bidang studi (intradisciplinary overlap).
    Simulasi profesional.
    Orientasi riset.
    Rencana kerja/aktivitas.
    Biasanya dilaksanakan dalam bentuk tim.
    Di samping macam-macam laboratorium yang didasarkan pada segi pendekatan, macam-macam laboratorium dapat pula didasarkan pada bidang studi atau kelompok bidang studi, yakni :
    Laboratorium untuk bidang scince, misalnya laboratorium IPA, laboratorium Matematika, dan sebagainya.
    Laboratorium untuk bidang studi tertentu, misalnya laboratorium Bahasa, laboratorium PMP, laboratorium IPS, dan sebagainya.
    Untuk bidang keguruan, misalnya PSB merupakan laboratorium di mana PSB dapat memberikan fasilitas yang ada untuk mempelajari bidang ini, misalnya AVA untuk program pembelajaran mikro. Sekolah Latihan dapat pula merupakan laboratorium keguruan, dan sebagainya.
    Untuk bidang keterampilan, misalnya laboratorium Keterampilan PKK, Laboratorium Keterampilan Jasa, laboratorium Keterampilan Kerajinan, dan laboratorium Keterampilan Teknik.

Fungsi Laboratorium
Secara garis besar fungsi laboratorium adalah sebagai berikut :
    Memberikan kelengkapan bagi pelajaran teori yang telah diterima sehingga antara teori dan praktek bukan merupakan dua hal yang terpisah, melainkan dua hal yang merupakan suatu kesatuan. Keduanya saling mengkaji dan saling mencari dasar.
    Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi mahasiswa.
    Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakekat kebenaran ilmiah dari sesuatu obyek dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial.
    Menambah keterampilan dalam mempergunakan alat media yang tersedia untuk mencari dan menentukan kebenaran.
    Memupuk rasa ingin tahu mahasiswa sebagai modal sikap ilmiah seseorang calon ilmuwan.
    Memupuk dan membina rasa percaya diri sebagai keterampilan yang diperoleh, penemuan yang didapat dalam proses kegiatan kerja di laboratorium.
Uraian manfaat kegiatan laboratorium tersebut dapat dikaitkan dengan beberapa contoh manfaatnya dalam bidang studi tertentu. Di bidang IPS, misalnya manfaat dari kegiatan laboratorium antara lain adalah: (1) Menimbulkan gairah dan mendorong untuk belajar IPS, karena kegiatan laboratorium tekanan diberikan pada aktivitas mahasiswa, (2) Lebih meragakan konsep-konsep dan proses pembelajaran IPS, (3) Mendorong penggunaan proses belajar-mengajar IPS yang bersifat multi media, (4) Membantu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan profesional calon guru IPS, (5)
Di bidang keterampilan, misalnya keterampilan teknik manfaat dari kegiatan di laboratorium antara lain adalah (1) Melatih mahasiswa agar terampil dalam melakukan kegiatan praktek keterampilan teknik untuk berbagai sub bidang keterampilan, (2) Merakit dan memasang alat/perlengkapan laboratorium keterampilan teknik, (3) Melakukan aktivitas percobaan guna mengecek, uji coba, dan meneliti alat-alat laboratorium keterampilan teknik, ketetapan-ketetapan serta standardisasi yang telah dibuat, (3) Membentuk dan mendisain komponen-komponen tertentu dalam berbagai keahlian dengan menggunakan fasilitas laboratorium keterampilan teknik, (4) Melayani mahasiswa dan masyarakat dalam melakukan praktek kependidikan melalui alat-alat laboratorium keterampilan teknik sebagai media, dan (5) Merawat dan memperbaiki alat/perlengkapan laboratorium keterampilan teknik.
Berlainan dengan 2 bidang studi di atas, rupanya bekerja/belajar dalam laboratorium bahasa tidak dimaksudkan untuk mengembangkan bahasa dilihat dari segi kontek atau isi melainkan lebih merupakan kegiatan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Dalam pendidikan nilai-nilai (value education), seperti halnya dengan PMP, dengan penghargaan terhadap waktu, mencari dan mendapatkan mufakat/konsensus dapat disimulasikan dalam permainan peranan, dimana “job sheet” yang tersedia dalam laboratorium dapat dipergunakan.
Fungsi tersebut di atas dapat terwujud dengan baik apabila dosen mampu menggunakan dan mengelola, serta mengembangkan laboratorium dalam rangka proses balajar-mengajar.
Untuk dapat menunjang efektivitas pembelajaran, maka beberapa hal penting yang harus dimiliki oleh suatu laboratorium yang teroganisir secara baik, ialah :
    Efisien dan Efektif
    Pengaturan alat/perlengkapan adalah merupakan yang paling penting, sehingga memungkinkan bagi dosen dan para mahasiswa untuk dapat bekerja dengan hasil yang maksimal serta waktu, bahan, tenaga yang minimal.
    Sehat dan Aman
    Cahaya/penerangan yang baik, serta ventilasi/hawa yang cukup, tidak terlalu bising, dan dengan penataan alat/perlengkapan yang baik akan menciptakan suasana yang sehat dan aman atau tidak membahayakan.
    Memenuhi kebutuhan psikologis mahasiswa yang berpraktek.
    Misalnya dapat memberikan kesan teratur, aman, dan menyenangkan kepada mahasiswa yang melaksanakan praktek. Sehingga bekerja/belajar di laboratorium adalah merupakan pekerjaan/pelajaran yang mengasyikan kepada mahasiswa.
    Dapat dikontrol dosen pengelola setiap saat.
    Hal ini bahwa dosen pengelola harus dapat melihat ke segala jurusan, serta dapat mengedar peralatan mana yang sedang dipakai/dioperasikan. Sehingga dengan demikian dosen tersebut dapat menilai situasi atau keadaan dengan cepat dan tepat.
    Menjamin keselamatan alat dan mahasiswa.
    Keselamatan alat/perlengkapan serta instrumen dan bahan-abahn baku harus diperhatikan penggunaan dan keselamatannya. Hal ini lebih penting lagi ialah memperhatikan keselamatan dari siswa itu sendiri sebagai pekerja di laboratorium.
    Memberikan suasana pandangan yang menyenangkan.
    Dengan penataan warna yang menarik akan menciptakan suasana pandangan yang menyenangkan di laboratorium, misalnya : dinding yang dicat dengan warna hijau muda, biru muda, coklat, muda, dan warna-warna lembut lainnya akan memberikan suasana pandangan yang menyenangkan.
D. Prinsip Perencanaan Penggunaan Laboratorium
Seperti telah dikemukakan bahwa laboratorium adalah merupakan sarana untuk menjembatani teori dan praktek. Dengan bekerja/belajar di laboratorium, mahasiswa dapat konsep-konsep yang didapat dalam teori. Oleh karena itu perencanaan penggunaan laboratorium dalam program belajar-mengajar harus mengingat dimensi-dimensi berikut (1) Jenis atau macam laboratorium yang digunakan, (2) Siapa yang akan menggunakan laboratorium tersebut, (3) Waktu yang tersedia, (4) Alat/perlengkapan yang ada, (5) Bidang studi, dan (6) Konten dalam arti topik.
Perencanaan penggunaan laboratorium yang tersedia harus memperhatikan hal-hal tersebut di atas. Setiap jenis laboratorium mempersyaratkan penggunaan dengan cara yang tertentu. Siapa yang akan menggunakan ikut menentukan rencana pemanfaatan laboratorium. Hal ini erat juga hubungannya dengan macam dan sudut penggunaan laboratorium.
Mengenai dimensi waktu perlu diperhatikan, antara lain (1) Waktu yang tersedia bagi dosen;(2) Waktu yang tersedia bagi mahasiswa; dan (3) Waktu yang tersedia bagi guru (pamong) apabila kita berfikir bahwa “client” akhir dari LPTK adalah sekolah dengan guru pamongnya. Alat/perlengkapan yang tersedia dalam laboratorium dan bagaimana cara menggunakannya akan berbeda-beda. Oleh karena itu akan turut menentukan rencana pemanfaatan laboratorium sebagai media proses belajar-mengajar. Penggunaan “Overhead Projector” (OHP) akan lain dengan “Project Film”, dan akan lain pula dengan “Slide Projector”. Cara bekerja dalam laboratorium IPA lain pula dengan laboratorium Matematika, karena alat/perlengkapan yang dipakai pun berbeda.
Dimensi lain yang perlu diperhitungkan dalam perencanaan pemanfaatan laboratorium adalah bidang studi atau disiplin ilmu. Laboratorium IPA lain dengan laboratorium Bahasa, laboratorium PPKn lain pula dengan laboratorium Keterampilan Teknik, dan seterusnya.
Konten dan topik yang hendak dipelajari melalui laboratorium akan berbeda pelaksanannya. Setiap topik memiliki dan menuntut karakteristik penanganan penggunaan laboratorium tersendiri.
E. Prosedur Penggunaan Laboratorium
Penggunaan di sini berarti bagaimana mendayagunakan laboratorium yang ada, agar bermanfaat bagi proses belajar-mengajar. Ada pun langkah-langkah pemanfaatan laboratorium untuk program pembelajaran akan berlainan bagi setiap bidang studi. Namun paling tidak langkah-langkah dan hal-hal berikut secara umum terdapat dalam penyusunan program. Langkah-langkah atau hal-hal tersebut adalah :
    Analisis kurikulum secara keseluruhan, baik Mata kuliah, deskripsi mata kuliah, pokok bahasan, dan sub pokok bahasanya.
    Penentuan pokok bahasan.
    Penentuan bobot taksonomik dari pokok bahasan.
    Penentuan Standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran
    Pengembangan materi dari pokok bahasan.
    Pengembangan disain pembelajaran.
    Penetapan apakah seluruh bagian, satu atau dua bagian dari materi pokok bahasan yang memerlukan laboratorium.
    Alat/perlengkapan apakah yang akan dipergunakan dan harus disediakan.
    Penetapan langkah-langkah dalam pembelajaran dengan memakai laboratorium.
Fasilitas lain yang tersedia dalam masyarakat, Production House (PH), Balai Produksi Media Televisi (BPMTV), bengkel kerja, lembaga-lembaga kemasyarakatan, seperti Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), pasar, bahkan masyarakat sendiri merupakan laboratorium; misalnya bagi IPS dan PPKn yang tak ada habis-habisnya. Urutan langkah dalam penyusunan program pembelajaran seperti tersebut di atas masih dapat dipakai dalam mempergunakan fasilitas lain dalam program pembelajaran.
Selamat Mencoba !

LAB IPS MUTLAK DIPERLUKAN
published by admin on Tue, 2013-03-05 07:30
Dalam Permendiknas RI No 24 tahun 2007 tentang Sarana dan Prasarana di sekolah  Standar Nasional Pendidikan menyebut 14 poin standar minimal yang haru ada di SMP dan MTs. Dari keempatbelas standar tersebut salah satu menyebutkan harusnya ada Laboratorium IPA, tetapi tidak mewajibkan sekolah memiliki Laboratorium IPS. Permendiknas tersebutb sering diterjemahkan keliru oleh pemegang kebijakan maupun masyarakat. Karena tidak disebutkan dalam permendiknas, sehingga setiap para guru IPS mengajukan permohonan pengadaan Lab IPS di sekolah selalu ditolak dengan alasan tidak ada dasar hukumnya dan tidak penting. Anggapan ini jelas sebuah kekeliruan besar, sehingga para guru harus terus berjuang mengembangkan Lab IPS di sekolah. Demikian sebagian petikan penting yang disampaikan Dosen Pendidikan IPS FIS UNY Supardi M.Pd. di depan para guru dalam kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Kepala Laboratorium IPS SMP/MTs Selasa kemarin (26/2).
Di depan 50 guru dari berbagai sekolah di DIY dan Jateng tersebut, Supardi menekankan pentingnya para guru memiliki kompetensi sebagai Kepala Lab IPS di sekolah. “Apabila guru memiliki kompetensi Kepala Lab, diharapkan pengembangan Lab IPS akan semakin berkualitas. Menjadi kepala Lab tentu bukan sekedar untuk memperoleh pengakuan 12 jam pelajaran” tegas Supardi disambut tertawa para peserta. Ditambahkan Supardi, bahwa Lab IPS merupakan kebutuhan mendesak dalam proses pembelajaran saat ini. Pembelajaran IPS yang berbasis pada masalah-masalah kontekstual akan lebih bermakna apabila siswa menyelami secara langsung fenomena sosial tersebut. Karena itulah Lab IPS sangat berperan dalam membawa berbagai permasalahan sosial tersebut  ke dalam ruangan kelas.
Untuk mewujudkan cita-cita mengembangkan Lab IPS tersebut Supardi memberikan resep jitu kepada para guru yakni N dan I yang maknanya Nekad  dan Istiqomah.  Menurut Supardi, untuk saat ini sekolah masih berikir banyak kali untuk memberikan ruangan Lab IPS. Karena itulah para guru diharapkan mampu memanfaatkan ruangan sekecil apapun, kemudian diberi label Lab IPS, yang diharapkan menjadi embrio Lab IPS yang besar. “Apabila kita istiqomah dan menunjukkan manfaat yang baik, pasti akan diperhatikan sekolah. Jangan belum apa-apa sudah menginginkan fasilitas standar” tegas Supardi.

Terpisah. Ketua Jurusan Pendidikan IPS FIS UNY Sugiharyanto M.Si, memberikan keterangan bahwa kegiatan pelatihan dilaksanakan selama dua bulan dengan pola 100 jam. Pertemuan dilaksanakan setiap hari senin dan Kamis, menghadirkan instruktur para dosen Pendidikan IPS FIS UNY. Ditambahkan Sugiharyanto, apabila para guru menginginkan mengikuti kegiatan pelatihan pada gelombang berikutnya dapat mendaftar langsung di Prodi Pendidikan IPS FIS UNY.  (MR SPD)