Terus terang ada rasa rindu yang memuncah untuk bisa memperdalam syukur dalam beribadah ini. Apalagi jika dinasehatkan tentang empat tali keimanan( Bersyukur, Mempersungguh, Mengagungkan dan berdoa). Ingin segera rasanya menceburkan diri larut dalam lautan ibadah dan berenang dalam alunan gelombang amal sholih. Sebagai wujud syukur, sebagai wujud mempersungguh. Tak henti – hentinya. Tak putus – putus. Untuk sampai pada arasy 'abdan syakuron. Untuk memperoleh gelar ahli dalam ibadah ini. Namun apa dikata, raga ini terasa berat, yang rasanya malah akan tenggelam jika jadi dilemparkan ke samudra amal sholih dan tak akan muncul kembali. Semangat yang tak kunjung padam. Namun hanya sebatas itu. Prakteknya masih nol besar. Maka dalam keadaan seperti itu sering saya katakan, ”Hei diri/ awak, kamu pengin masuk surga apa neraka? Kenapa kok males diajak beribadah? Mengapa bot – boten netepi ibadah?”
Ironis. Menyedihkan. Dan di titik ini saya merasakan Kepenatan kadang datang membunuh segalanya. Kesibukan kadang malah dicari – cari. Kelonggaran kadang terbuang percuma. Dan kesehatan seperti hal yang biasa, tiada artinya. Alih – alih berlindung dibalik kata pasrah dan mastatho’na, sebenarnya saya punya satu ketakutan. Yaitu kapan saya bisa berucap, ”Ya Allah,Saya mencintai M dan RosulMU ?,” Seiring dengan sabda Rasulullah SAW yang menjelaskan tentang manisnya iman, yaitu ketika seseorang telah bisa mencintai Allah dan Rasul-Nya mengalahkan cinta pada diri sendiri. Dan mungkin kesempatan terakhir yang masih saya punya adalah pengharapan dan doa agar suatu saat Allah berkenan memberi kekuatan kepada saya/kita nanti untuk bisa berucap; ”Ya Allah, Semoga saya /kita bisa mencintai Alloh and rosulnya sepenuh hati dan berusaha beribadah dengan segala kemampuan kita,” walau dengan lirih......, dari hati yang terdalam: Laa ilaaha illallaah Muhammadur rasuulullaah, Laahaulawalakuuwataillahbillahi.....Aamiiiiiiin !!.
Ironis. Menyedihkan. Dan di titik ini saya merasakan Kepenatan kadang datang membunuh segalanya. Kesibukan kadang malah dicari – cari. Kelonggaran kadang terbuang percuma. Dan kesehatan seperti hal yang biasa, tiada artinya. Alih – alih berlindung dibalik kata pasrah dan mastatho’na, sebenarnya saya punya satu ketakutan. Yaitu kapan saya bisa berucap, ”Ya Allah,Saya mencintai M dan RosulMU ?,” Seiring dengan sabda Rasulullah SAW yang menjelaskan tentang manisnya iman, yaitu ketika seseorang telah bisa mencintai Allah dan Rasul-Nya mengalahkan cinta pada diri sendiri. Dan mungkin kesempatan terakhir yang masih saya punya adalah pengharapan dan doa agar suatu saat Allah berkenan memberi kekuatan kepada saya/kita nanti untuk bisa berucap; ”Ya Allah, Semoga saya /kita bisa mencintai Alloh and rosulnya sepenuh hati dan berusaha beribadah dengan segala kemampuan kita,” walau dengan lirih......, dari hati yang terdalam: Laa ilaaha illallaah Muhammadur rasuulullaah, Laahaulawalakuuwataillahbillahi.....Aamiiiiiiin !!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar