Jika Pakaian Terkena Mani
Diposkan oleh Admin BeDa pada Minggu, 26 Januari 2014 | 22.33 WIB
Terkadang, ketika suami istri berjima’, sperma mengenai pakaian mereka. Atau, seseorang bermimpi “bercinta” lalu saat bangun ia mengetahui pakaiannya telah basah. Bagaimana memperlakukan atau membersihkan pakaian yang demikian agar bisa kembali dipakai untuk shalat? Berikut tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits-hadits shahih:
عَنْ عَمْرُو بْنُ مَيْمُونٍ قَالَ سَأَلْتُ سُلَيْمَانَ بْنَ يَسَارٍ فِي الثَّوْبِ تُصِيبُهُ الْجَنَابَةُ قَالَ قَالَتْ عَائِشَةُ كُنْتُ أَغْسِلُهُ مِنْ ثَوْبِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يَخْرُجُ إِلَى الصَّلَاةِ وَأَثَرُ الْغَسْلِ فِيهِ بُقَعُ الْمَاءِ
Dari 'Amru bin Maimun ia berkata, "Aku bertanya kepada Sulaiman bin Yasar tentang pakaian yang terkena janabat (mani), ia menjawab, " 'Aisyah pernah berkata, "Aku pernah mencuci air mani dari pakaian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian beliau keluar untuk shalat dan sisa cucian masih nampak pada pakaian beliau." (HR. Bukhari)
نَزَلَ بِعَائِشَةَ ضَيْفٌ فَأَمَرَتْ لَهُ بِمِلْحَفَةٍ لَهَا صَفْرَاءَ فَنَامَ فِيهَا فَاحْتَلَمَ فَاسْتَحَى أَنْ يُرْسِلَ بِهَا وَفِيهَا أَثَرُ الِاحْتِلَامِ قَالَ فَغَمَسَهَا فِي الْمَاءِ ثُمَّ أَرْسَلَ بِهَا فَقَالَتْ عَائِشَةُ لِمَ أَفْسَدَ عَلَيْنَا ثَوْبَنَا إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيهِ أَنْ يَفْرُكَهُ بِأَصَابِعِهِ لَرُبَّمَا فَرَكْتُهُ مِنْ ثَوْبِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَصَابِعِي
Aisyah pernah kesinggahan seorang tamu, lalu ia memerintahkannya untuk memakai selimutnya yang berwarna kuning. Kemudian (tamu) tersebut tidur dengan menggunakan selimut tersebut, bahkan bermimpi (junub). (setelah itu) dia (tamu) malu untuk mengembalikan selimutnya karena terkena bekas mimpi (junub). Lalu dia merendamnya di dalam air baru kemudian mengembalikannya. Lalu Aisyah bekata; 'Kenapa harus merusak kain kami, bukankah sudah cukup mengeriknya dengan jari-jemarinya, karena akupun mengerik kain Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam dengan jari jemariku." (HR. Ahmad)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شِهَابٍ الْخَوْلَانِيِّ قَالَ كُنْتُ نَازِلًا عَلَى عَائِشَةَ فَاحْتَلَمْتُ فِي ثَوْبَيَّ فَغَمَسْتُهُمَا فِي الْمَاءِ فَرَأَتْنِي جَارِيَةٌ لِعَائِشَةَ فَأَخْبَرَتْهَا فَبَعَثَتْ إِلَيَّ عَائِشَةُ فَقَالَتْ مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا صَنَعْتَ بِثَوْبَيْكَ قَالَ قُلْتُ رَأَيْتُ مَا يَرَى النَّائِمُ فِي مَنَامِهِ قَالَتْ هَلْ رَأَيْتَ فِيهِمَا شَيْئًا قُلْتُ لَا قَالَتْ فَلَوْ رَأَيْتَ شَيْئًا غَسَلْتَهُ لَقَدْ رَأَيْتُنِي وَإِنِّي لَأَحُكُّهُ مِنْ ثَوْبِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَابِسًا بِظُفُرِي
Dari Abdullah bin Syihab al-Khaulani dia berkata, "Aku mengunjungi Aisyah, lalu aku bermimpi dan mengeluarkan mani pada bajuku, lalu aku mencelupkannya pada air, saat budak Aisyah melihat tindakanku hingga ia pun mengabarkannya kepada Aisyah. Aisyah kemudian mengutusnya kembali untuk menemuiku seranya berkata, 'Apa yang mendorongmu untuk mencelupkan kedua bajumu? ' Abdullah berkata, "Aku lalu menjawab, 'Aku telah bermimpi basah sebagaimana orang yang tidur bermimpi.' Aisyah bertanya, 'Apakah kamu telah melihat sesuatu padanya? ' Aku menjawab, 'Tidak.' Aisyah berkata, 'Kalau kamu melihat sesuatu yang telah kamu cuci (mani), maka sungguh aku mengeriknya (mani) yang telah kering dari baju Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan kukuku." (HR. Muslim)
Sayyid Sabiq menjelaskan dalam Fiqih Sunnah bahwa sebagian ulama berpendapat mani adalah najis, tetapi pendapat yang lebih kuat adalah suci. Meskipun mani itu suci, disunnahkan untuk menghilangkan atau membersihkannya dari pakaian. Yakni dengan cara :
1. Mencucinya jika masih basah. Baik mencuci seluruh pakaian tersebut atau hanya bagian yang terkena mani saja.
2. Jika mani telah kering, maka mengoreknya saja sudah cukup.
Wallahu a’lam bish shawab. [IK/bersamadakwah]
عَنْ عَمْرُو بْنُ مَيْمُونٍ قَالَ سَأَلْتُ سُلَيْمَانَ بْنَ يَسَارٍ فِي الثَّوْبِ تُصِيبُهُ الْجَنَابَةُ قَالَ قَالَتْ عَائِشَةُ كُنْتُ أَغْسِلُهُ مِنْ ثَوْبِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يَخْرُجُ إِلَى الصَّلَاةِ وَأَثَرُ الْغَسْلِ فِيهِ بُقَعُ الْمَاءِ
Dari 'Amru bin Maimun ia berkata, "Aku bertanya kepada Sulaiman bin Yasar tentang pakaian yang terkena janabat (mani), ia menjawab, " 'Aisyah pernah berkata, "Aku pernah mencuci air mani dari pakaian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian beliau keluar untuk shalat dan sisa cucian masih nampak pada pakaian beliau." (HR. Bukhari)
نَزَلَ بِعَائِشَةَ ضَيْفٌ فَأَمَرَتْ لَهُ بِمِلْحَفَةٍ لَهَا صَفْرَاءَ فَنَامَ فِيهَا فَاحْتَلَمَ فَاسْتَحَى أَنْ يُرْسِلَ بِهَا وَفِيهَا أَثَرُ الِاحْتِلَامِ قَالَ فَغَمَسَهَا فِي الْمَاءِ ثُمَّ أَرْسَلَ بِهَا فَقَالَتْ عَائِشَةُ لِمَ أَفْسَدَ عَلَيْنَا ثَوْبَنَا إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيهِ أَنْ يَفْرُكَهُ بِأَصَابِعِهِ لَرُبَّمَا فَرَكْتُهُ مِنْ ثَوْبِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَصَابِعِي
Aisyah pernah kesinggahan seorang tamu, lalu ia memerintahkannya untuk memakai selimutnya yang berwarna kuning. Kemudian (tamu) tersebut tidur dengan menggunakan selimut tersebut, bahkan bermimpi (junub). (setelah itu) dia (tamu) malu untuk mengembalikan selimutnya karena terkena bekas mimpi (junub). Lalu dia merendamnya di dalam air baru kemudian mengembalikannya. Lalu Aisyah bekata; 'Kenapa harus merusak kain kami, bukankah sudah cukup mengeriknya dengan jari-jemarinya, karena akupun mengerik kain Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam dengan jari jemariku." (HR. Ahmad)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شِهَابٍ الْخَوْلَانِيِّ قَالَ كُنْتُ نَازِلًا عَلَى عَائِشَةَ فَاحْتَلَمْتُ فِي ثَوْبَيَّ فَغَمَسْتُهُمَا فِي الْمَاءِ فَرَأَتْنِي جَارِيَةٌ لِعَائِشَةَ فَأَخْبَرَتْهَا فَبَعَثَتْ إِلَيَّ عَائِشَةُ فَقَالَتْ مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا صَنَعْتَ بِثَوْبَيْكَ قَالَ قُلْتُ رَأَيْتُ مَا يَرَى النَّائِمُ فِي مَنَامِهِ قَالَتْ هَلْ رَأَيْتَ فِيهِمَا شَيْئًا قُلْتُ لَا قَالَتْ فَلَوْ رَأَيْتَ شَيْئًا غَسَلْتَهُ لَقَدْ رَأَيْتُنِي وَإِنِّي لَأَحُكُّهُ مِنْ ثَوْبِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَابِسًا بِظُفُرِي
Dari Abdullah bin Syihab al-Khaulani dia berkata, "Aku mengunjungi Aisyah, lalu aku bermimpi dan mengeluarkan mani pada bajuku, lalu aku mencelupkannya pada air, saat budak Aisyah melihat tindakanku hingga ia pun mengabarkannya kepada Aisyah. Aisyah kemudian mengutusnya kembali untuk menemuiku seranya berkata, 'Apa yang mendorongmu untuk mencelupkan kedua bajumu? ' Abdullah berkata, "Aku lalu menjawab, 'Aku telah bermimpi basah sebagaimana orang yang tidur bermimpi.' Aisyah bertanya, 'Apakah kamu telah melihat sesuatu padanya? ' Aku menjawab, 'Tidak.' Aisyah berkata, 'Kalau kamu melihat sesuatu yang telah kamu cuci (mani), maka sungguh aku mengeriknya (mani) yang telah kering dari baju Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan kukuku." (HR. Muslim)
Sayyid Sabiq menjelaskan dalam Fiqih Sunnah bahwa sebagian ulama berpendapat mani adalah najis, tetapi pendapat yang lebih kuat adalah suci. Meskipun mani itu suci, disunnahkan untuk menghilangkan atau membersihkannya dari pakaian. Yakni dengan cara :
1. Mencucinya jika masih basah. Baik mencuci seluruh pakaian tersebut atau hanya bagian yang terkena mani saja.
2. Jika mani telah kering, maka mengoreknya saja sudah cukup.
Wallahu a’lam bish shawab. [IK/bersamadakwah]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar