Minggu, 11 Mei 2014

Mengenal Akad Pembiayaan Syariah

Jumat, 25 Oktober 2013 - 05:30:29 WIB Ekonomi Syariah -
Islam mengharamkan riba tetapi menghalalkan jual beli. Islam juga mengharamkan tujuh transaksi sebagaimana telah dijelaskan dalam bab sebelumnya. Solusi agar terhindar dari transaksi-transaksi yang haram, maka Islam mengajarkan berbagai macam akad pembiayaan.
Akad secara bahasa berarti perikatan (ar-ribtu, perikatan, perjanjian, dan permufakatan (al ittifaq). Dalam ilmu fikih: “irtibathu ijabin bi qobulin ‘ala wajhin masyru’in yatsbutu atsaruhu fimahallihi”, artinya: pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh pada obyek perikatan (Sholihin, 2010). Rukun akad ada empat: pihak yang berakad, obyek akad, tujuan pokok akad dan kesepakatan.
 
عَنْ عَمْرِو بْنِ عَوْفٍ الْمُزَنِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الصُّلْحُ جَائِزٌ بَيْنَ الْمُسْلِمِينَ إِلاَّ صُلْحًا حَرَّمَ حَلاَلاً أَوْ أَحَلَّ حَرَامًا وَالْمُسْلِمُونَ عَلَى شُرُوطِهِمْ إِلاَّشَرْطًا حَرَّمَ حَلاَلاً أَوْ أَحَلَّ حَرَامًا رواه  الترمذي كتاب الأحكام(تحقيق الألباني : صحيح)
Dari Amer bin Auf, sesungguhnya bersabda Nabi saw:” Kesepakatan  itu boleh diantara muslimin kecuali kesepakatan yang mengharamkan barang halal dan menghalalkan barang haram, dan orang Islam tergantung kepada syarat-syarat (yang mereka buat) kecuali syarat yang mengharamkan barang halal atau menghalalkan barang haram (ini yang tidak boleh).
         Secara umum, akad dikelompokkan menjadi dua, yaitu akad tabarru’ dan akad tijarah. Akad tabarru’ adalah segala macam perjanjian yang menyangkut transaksi nirlaba (tidak mencari keuntungan)
 
التَّبَرُّعُ لُغَةً مَأْخُوذٌ مِنْ بَرَعَ ، يُقَالُ : بَرَعَ الرَّجُلُ بَرَاعَةً : فَاقَ أَصْحَابَهُ فِي الْعِلْمِ وَغَيْرِهِ ، وَتَبَرَّعَ بِالأَمْرِ : فَعَلَهُ غَيْرَ طَالِبٍ عِوَضًا ( الصحاح للجوهري ، والمصباح المنير).
وَالْمَعْنَى الاصْطِلاحِيُّ لِلتَّبَرُّعِ لا يَخْرُجُ عَنْ كَوْنِهِ التَّطَوُّعَ بِالشِّيْءِ غَيْرَ طَالِبٍ عِوَضًا ، بِقَصْدِ الْبِرِّ وَالصِّلَةِ غَالِبًا ( الصحاح للجوهري ، والمصباح المنير ).
 
At tabarru’ menurut bahasa diambil dari akar kata bara’a: seseorang sungguh telah mengungguli, telah mengungguli teman-temannya dalam urusan ilmu dan lainnya. Tabarra’a bi al amri: dia telah melakukannya tanpa menuntut ganti (al Sihah lil Jauhary dan Misbahul Munir)
At tabarru’ menurut ma’na istilah tidak keluar dari melakukan tathowu’ dengan sesuatu tanpa menuntut ganti/imbalan dengan tujuan kebajikan dan menyambung keluarga pada umumnya (al Sihah dan Misbahul Munir). Lihat al Mausu’atu al fiqhiyah al kuwaitiyah.
Akad tijarah adalah segala macam perjanjian yang menyangkut transaksi untuk memperoleh keuntungan.
 
 - التِّجَارَةُ فِي اللُّغَةِ وَالاصْطِلاحِ : هِيَ تَقْلِيبُ الْمَالِ ، أَيْ بِالْبَيْعِ وَالشِّرَاءِ لِغَرَضِ الرِّبْحِ (  تاج العروس مادة : " تجر ) . وَهِيَ فِي الأَصْلِ : مَصْدَرٌ دَالٌّ عَلَى الْمِهْنَةِ ، وَفِعْلُهُ تَجَرَ يَتْجُرُ تَجْرًا وَتِجَارَةً .
دَلِيلُ مَشْرُوعِيَّةِ التِّجَارَةِ :
- الأَصْلُ فِي التِّجَارَةِ : قَوْله تَعَالَى : { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ } ( سورة النساء / ٢٩ ) وقَوْله تَعَالَى : { فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ } (سورة الجمعة / ١٠).
وَقَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " التَّاجِرُ الأَمِينُ الصَّدُوقُ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ " (أخرجه الترمذي ( ٣ / ٥٠٦ ـ ط الحلبي ) ، وإسناده ضعيف فيه انقطاع . ( فيض القدير ٣ / ٢٧٨ ـ ط المكتبة التجارية ) .) .
 
At tijarah menurut bahasa dan menurut istilah adalah mengelola harta melalui jual beli dengan tujuan untuk mencari keuntungan(tajul ‘arus akar kata tajara) ia adalah masdar yang menunjukan suatu profesi fi’ilnya tajara yatjuru tajran wa tijaratan. Dalil disyari’atkannya tijarah ialah firman Allah: janganlah kalian memakan harta diantara kalian dengan batal kecuali tijarah yang kalian saling ridha...dan firman Allah Ketika telah diselesaikan shalat jumat maka bertebaranlah  di muka bumi dan carilah sebagian karunia Allah dan sabda Rasulullah SAW seorang pedagang yang jujur dan amanat mereka bersama sama para nabi, para shiddiqin dan para syuhada’( al Mausu’ah alfiqhiyah 10/151.).
                Menurut kaidah fiqih, akad tabarru’ tidak boleh dirubah menjadi akad tijarah, sedangkan akad tijarah boleh dirubah menjadi akad tabarru’. Setiap transaksi yang asalnya bermaksud untuk tidak mendapatkan keuntungan, kemudian setelah terjadinya akad ternyata pihak yang terkait di dalamnya mengharapkan keuntungan dari transaksi tersebut, maka transaksi itu dilarang. Kaidah: “kullu qardhin jarra manfa’ah fahuwa riba” (setiap qard yang mengambil manfaat adalah riba). Hal ini juga melanggar prinsip “la tadzlimuna wa la tudzlamun” (tidak boleh kalian mendzolimi dan tidak boleh didzolimi). Sebaliknya, dalam setiap transaksi yang asalnya bertujuan mendapatkan keuntungan, kemudian setelah terjadinya akad pihak yang terkait di dalamnya meringankan/memudahkan pihak yang lain dengan menjadikan sebagai akad tabarru’ (tanpa ada tambahan keuntungan), maka transaksi itu dibolehkan.
Di dalam praktek pembiayaan yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) seperti: LKS Umum Syariah (BUS), LKS Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), Baitul Maal wat Tamwil (BMT), Divisi pembiayaan UB, dan LKS lainnya dapat dilakukan melalui empat prinsip:
·         Prinsip bagi hasil: mudharabah dan musyarakah.
·         Prinsip jual beli (bai’): murabahah, istishna’ dan salam.
·         Prinsip jasa (ujroh): ijarah, wakalah, wadi’ah, ijarah muntahiya bittamlik.
·         Prinsip pinjam meminjam: rahn, qardh, hawalah, kafalah.

By : Dr. H. Ardito Bhinadi, SE., M.S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar